Kelompok yang Pro pada Tafsir Ilmi (Saintifik)

Kelompok yang mendukung tafsir ilmi beralasan bahwa tafsir ilmi adalah sebuah keniscayaan sejarah dan bagian dari upaya mendialogkan Al-Qur’an dengan aktualitas, dengan konteks, dan sebagai respon terhadap perkembangan zaman yang senantiasa bergerak. Kelahiran tafsir ilmi merupakan dinamika yang wajar dalam batang tubuh umat Islam. Keberadaan tafsir ilmi dapat membuka tabir-tabir makna yang selama ini belum terungkap dan bahkan dalam beberapa kasus dapat merevisi berbagai pandangan atau tafsiran yang sejatinya bertolak belakang dengan visi dan paradigma al-Qur’an sendiri.
Apalagi ibadah-ibadah utama dalam agama Islam berkaitan langsung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti shalat yang membutuhkan ilmu geografi dan astronomi, penentuan puasa yang membutuhkan ilmu astronomi, dan lain sebagainya. Kelompok pertama ini didukung oleh Imam Al-Ghazali. Kelompok ini mendasarkan pendapatnya pada ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Swt. telah menerangkan segala sesuatu dalam Al-Kitab dan Allah Swt. menurunkan Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Bila Al-Gazali dikenal sebagai peletak tafsir ilmi secara teoritis, Fahrur Ar-Razi merupakan orang pertama yang menerapkan ilmu pengetahuan yang bercorak saintis dan pemikiran untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Hal tersebut dapat dilihat dalam kitabnya Mafatih Al-Ghaib atau yang juga populer dengan Tafsir Al-Kabir. Kemudian, tafsir ilmi dikembangkan oleh mufasir berikutnya, seperti Muhammad ‘Abduh, Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, Mahmud Syukri Al-Alusi, Thantawi Jauhari, dan yang lainnya. Mereka yang disebut belakangan ini disebut sebagai mufasir di era modern.
Kelompok yang pro ini memberikan apresiasi yang berbeda terhadap penerapan tafsir limi. Ada yang menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh sang mufasir, atau fungsi tabyin. Ada yang berkeinginan membuktikan kebenaran teks al-Qur’an menurut ilmu pengetahuan mutakhir, atau fungsi I’jaz. Hal ini memberi stimultan kepada umat Islam dan Ilmuwan dalam meneliti dan observasi ilmu pengetahuan lewat teks-teks Al-Qur’an. Terakhir, fungsi istikhraj al-‘ilm atau ta’ziz, yakni ayat-ayat al-Qur’an mampu melahirkan dan memperkuat teori-teori ilmu pengetahuan mutakhir.

Jenis – jenis belajar

Slameto mengemukakan jenis – jenis belajar antara lain:
1. Belajar bagian
Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian – bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
2. Belajar dengan wawasan
G.A.Miller, yang menganjurkan behaveorisme subjektif. menurut pendapatnya wawasan barang kali merupakan kreasi dari “rencana penyelesaian” yang mengontrol rencana – rencana subordinasi lain(pola tingkah laku) yang telah di bentuk.
3. Belajar diskriminatif
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atu stimulus dan kemudian menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar keseluruhan
Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. metode ini sering juga disebut metode gestalt.
5. Belajar incidental
Belajar disebut incidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan sehari – hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting.
6. Belajar instrumental
Pada belajar instrumental, reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda – tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat atas dasar tingkat kebutuhan.
7. Belajar intensional belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.
8. Belajar laten
Dalam belajar laten, perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu,disebut laten.
9. Belajar mental
Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan – gerakan orang lain dan lain-lain.
10. Belajar produktif
R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi yang lain.
11. Belajar verbal
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

Alasan Para Tokoh Pro/menyukai Tafsir Ilmi

1. Al-Ghazali
Dalam dunia Islam, Imam Al-Ghazali diyakini sebagai pelopor atau peletak dasar tafsir ilmiah secara teoritis. Al-Ghazali berpendapat bahwa setiap kata dalam al-Qur’an mempunyai makna zhahir dan batin, serta makna yang tersurat dan tersirat. Abu Hamid al-Ghazali al-Thusi seorang ahli falsafah dan juga tasawwuf yang meninggal pada 1111 Masihi bersamaan 505 Hijrah. Al Ghazali menulis sebuah kitab dengan judul Jawahirul Quran, di dalamnya terdapat bab khusus yang menerangkan bagaimana ilmu yang berasal dari Al Quran sudah bercabang-cabang, yaitu ilmu-ilmu keagamaan, berbagai macam ilmu dunia, ilmu bahasa, ilmu-ilmu yang telah ada dan yang masih terus dipelajari, ilmu yang sebenarnya sudah ada tetapi belum dikenal manusia, dan ilmu-ilmu yang akan muncul kemudian hari. Menurut Al Ghazali, semua cabang ilmu pengetahuan terdapat dalam al-Qur’an, baik yang telah berhasil diungkap maupun yang belum terungkap. Imam Ghazali menyatakan bahwa seluruh ilmu tercakup dalam Af’al Allah, dan sifat-sifat Allah. Sedangkan Al-Qur’an adalah penjelas (syarah) dzat, sifat, dan afal Allah. Dengan demikian memahami Al-Qur’an lewat pendekatan sains secara tidak langsung bisa mengungkap keesaan, zat, sifat dan af’al Allah sehingga semakin mempertebal iman seorang yang mempelajarinnya. Bukankah salah satu tujuan utama Al-Quran adalah sebagai Hudan li nas. Di antara contoh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Af’al Allah ialah firmans Allah ta’ala yang berkaitan dengan kisah nabi Ibrahim: Asy-Syu’araa’[26]: 80,

Artinya:
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”
Kalimah al-Syifa’ dan al-Mardh dalam ayat ini ialah di antara af’al Allah yang tidak diketahui oleh sesiapa pun kecuali orang yang benar-benar tahu mengenai ilmu kedoktoran dan selok-belok penyakit dan juga tanda-tanda penyakit itu dengan lebih luas dan terperinci.
Dalam karya Masterpeace-nya, Ihya’ Ulumuddin, dengan mengutip pendapat Ibn Mas’ud, Al-Ghazali menyatakan,
مَنْ اَرَادَ عِلْمَ الاَوَّلِينَ وَالاَخِرِيْنَ فَلْيَتَدَ بَّرَالقُرْاَنَ
Artinya:
“siapa saja yang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern, ia harus merenungkan ayat al-Qur’an”.
Hal ini menegaskan bahwa Al-Ghazali menafsirkan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan releven untuk diterapkan.
Melalui keterangan dan penjelasan di atas, dapat di fahami bahawa al-Ghazali berusaha menunjukkan kepada kita bahawa al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak terbatas kerana di dalamnya telah diungkapkan af’al dan sifat-sifat-Nya yang hanya dapat ditemukan oleh orang-orang yang memahaminya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh al-Ghazali sebagai pembuktian akan kebenaran sains yang banyak dijelaskan oleh al-Quran.
2. Jalaluddin Assuyuti
Menurut Muhammad Husain Al-Dhahabi (1976), Jalaluddin Assuyuti adalah salah seorang yang menyokong dan menerima penggunaan tafsir Ilmi ini. Adapun alasan beliau sama halnya dengan Al-Ghazali dan beliau telah jelaskan secara panjang lebar dalam kitabnya ‘Itqan’, yang mana antara intipatinya ialah: “Bahawa hakikat seluruh ilmu itu bersumber dari Al Qur’an”. Hal ini berdasarkan pada firmanAllah Al-An’am[6]: 38,

Artinya:
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab,Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.
Dalam ayat diatas tampak jelas bahwa tidak ada sesuatu pun yang tidak dibahas dalam Al-Qur’an, dengan demikian pembahasan ilmu pengetahuan juga pasti mendapat tempat tersendiri dalam Al-Qur’an. Itu sebabnya, menafsirkan Al-Quran dengan pendekatan sains sangat mungkin untuk dilakukan. Para peneliti menemukan 800 ayat Al-Quran yang membahas ilmu pengetahuan.
3. Abu Al-fadl Al-Mursi
Abu Al-fadl Al-Mursi pula mengatakan bahawa segala macam ilmu baik yang terdahulu maupun yang kemudian adalah bersumber dari Al Quran. Seperti: ilmu kedoktoran, Fisika, Industri, dan sebagainya. Dalam ilmu kedoktoran, Al Quran mencakupi cara dan langkah-langkah yang perlu ditempuh seseorang menuju hidup sehat serta menjadikan tubuh kuat. Berikut ini adalah ayat yang berhubungan dengan kedokteran: . Nahl[16]:69,

Artinya:
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan .”
Selain ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal-hal ilmiah. Di akhir tafsirnnya, Abu Al Fadl berkata bahawa dalam Al- Quran terkandung segala ilmu baik ilmu pengetahuan, baik yang sudah ada namanya atau belum. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Quran: Al An’am ayat 38 dan An Nahl ayat 89, serta beberapa buah hadis.
4. Tanthawi Jauhari
Menurut Tanthawi, beliau telah meneliti ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan hasil bahwa tidak kurang dari 750 ayat Al-Qur’an yang bercerita tentang ilmu pengetahuan dan mendorong manusia ke arah kemajuan ilmu pengetahuan. Ini jauh lebih banyak dari pada ayat-ayat yang menekankan ilmu fiqih yang berjumlah tidak lebih dari 500 ayat sareh (jelas) sehingga beliau heran mengapa mufassir klasik hanya mengkaji dan menekankan banyak hal tentang ilmu fiqih dan lengah terhadap arahan Al-Qur’an tentang ilmu tumbuh-tumbuhan, Biologi, ilmu hitung, fisika, sosial dan seterusnya. Inilah salah satu hujjah mengapa Tanthawi kemudian memunculkan satu corak tafsir dengan pendekatan ilmiah,
Tanthawi selalu mengatakan Islam adalah agama akal. Maksudnya, ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntunan Al Quran, Dalam bukunya Nidzam Al-'Alam wa Al-Umam (Keteraturan Alam Semesta dan Bangsa-bangsa), beliau menegaskan bahwa agama Islam merupakan agama fitrah, relevan dengan rasio manusia dan penciptaan jasmani manusia (al-Jhiba' al-Basyariyah), dan bahwa agama Islam kompatibel dengan hukum alam dan ilmu- ilmu modern.
Disamping itu, Al-Qur’an juga merupakan mukjizat ilmiah, oleh kerana ia mencakup segala macam-macam penemuan dan teori-teori ilmiah modern. Al-Qur’an itu menghimpun ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak kesemuanya dapat dijangkau oleh manusia, bahkan lebih dari itu ia mengemukakan hal-hal jauh sebelum ia turun dan yang akan terjadi. Di dalamnya terdapat pula kaedah-kaedah yang menyeluruh dan prinsip-prinsip umum tentang hukum alam yang boleh kita saksikan, fenomena-fenomena alam yang boleh kita lihat dari waktu ke waktu dan hal-hal lain yang boleh diungkap oleh ilmu pengetahuan modern dan kita menduga itu semua sebagai suatu yang baru. Itu semua sebenarnya bukan suatu yang baru menurut Al-Qur’an, sebab kesemuanya telah diungkap dan diisyaratkan oleh ayat-ayat muhkamat dalam Al Quran. Contohnya adalah: Al-A’raf[7]: 58,

Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamanya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur .
Adapun ayat diatas menunjukan bahawa walaupun dengan kehendak dan keizinan-Nya supaya segala tumbuhan menjadi dan subur, tetapi kesesuaian tanah dan kesuburan tanah juga merupakan syarat tumbuhnya tanaman tersebut, kerana tidak semua tanaman dapat tumbuh pada tanah yang sama. Tafsiran ini menunjukkan bahawa Tanthawi berusaha untuk memberikan pengertian atau situasi baru, bahwa Al Quran sudah memberikan petunjuk tentang keilmiahannya, dan keilmiahan itu sesuai dan berlaku dengan ilmu pengetahuan yang ada.
Usaha Tanthawi Jauhari dalam menafsirkan ayat al-Quran dengan pendekatan tafsir ilmi ini mendapat sambutan yang baik dari berbagai kalangan ulama tafsir ilmi, sehingga sekarang banyak kemunculan kitab yang mengulas secara ilmiyah, seperti yang dilakukan oleh Hanafi Ahmad dengan kitabnya at-Tafsir al-Ilmi li al-Ayah al-Kawniyah, dan juga kitab-kitab lain yang terus berkembang sehingga ke hari ini.
5. Fakhruddin al-Razi
Abu Abullah Fakhruddin al-Razi adalah seorang mufassir yang berasal dari Tabrustan Iran, sebuah tempat yang dibuka oleh orang-orang Islam pada zaman khalifah Usman bin Affan. Beliau mentafsirkan ayat kauniyah dan teori ilmiah bagi memudahkan orang lain untuk memahami kitab Allah. Di antaranya contoh ayat yang ditafsirkan oleh beliau ialah ayat 16 dari surah al-Nahl yang berkaitan dengan lebah dan keajaiban-keajaiban yang ada pada lebah, bagaimana lebah membina rumah dan bagaimana Allah mengilhamkan kepada lebah untuk menghasilkan madu dari bunga. an-Nahl[16]: 16,

Artinya:
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-bintang Itulah mereka mendapat petunjuk”.
6. Harun Yahya
Perkembangan ilmu pengetahuan modern ketika ini telah memperbanyakkan lagi kemunculan hasil-hasil pentafsiran yang bercorak ilmi. Pentafsiran seperti ini biasanya menekankan pada pembahasan tentang ayat-ayat kauniyah yang ditafsirkan dengan menggunakan penemuan-penemuan ilmiah sebagai penjelasan dari ayat-ayat kauniyah tersebut. Model pentafsiran yang seperti ini dilakukan oleh Harun Yahya untuk mentafsirkan ayat-ayat tentang keruntuhan teori evolusi Darwin terutamanya mengenai asal-usul manusia yang disesuaikan dengan penemuan-penemuan ahli bidang antropologi dan biologi moden seperti Roy Britten dan tokoh-tokoh lainya. Ini adalah berdasarkan kepada firman Allah: As-Sajdah[32]: 7,

Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”
Pentafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan teori evolusi Darwin oleh Harun Yahya ini difokuskan pada beberapa ayat yang mengetengahkan asal-usul manusia. Perbedaan tentang penciptaan manusia menurut Darwin dan al-Quran inilah yang mendorong Harun Yahya mengkaji dan meneliti dengan menggunakan teori sains. Hasil yang diperolehi dalam penelitian tersebut adalah bahawasanya Harun Yahya dengan tegas menolak apa yang dikatakan oleh Darwin dalam slogannya bahawa asal-usul manusia tercipta dari bangsa kera. Kerana dalam pandangan Harun Yahya teori evolusi ini runtuh dengan beberapa sebab diantaranya:
1. Jenis-jenis makhluk hidup tidak boleh berubah dan tidak mungkin terjadi perubahan dari satu bentuk ke satu bentuk yang lain. Conyohnya: seekor ikan tidak akan menjadi seekor burung atau seekor mamalia seperti ikan paus duduk didarat.
2. Setiap jenis makhluk yang hidup lahir dari leluhur yang sama.
3. Tiada catatan fosil yang menunjukkan atau merekod bentuk transisi yang mungkin berlaku.
4. Kerumitan dan kesempurnaan pada tubuh dari DNA makhluk hidup tidak berlaku kerana kebetulan, tetapi merupakan bukti bahawa ada yang merancang kerumitan tersebut.
7. Zaghlul al-Najjar
Pendukung tafsir ilmi zaman modern, Zaghlul al-Najjar yang seorang pakar geologi asal Mesir, dan sejak tahun 2001 menjadi Ketua Komisi Kemukjizatan Sains Al-Qur'an dan Al-Sunnah di "Supreme Council of Islamic Affairs" Mesir. Zaghlul berkeyakinan penuh bahwa Al-Qur'an adalah kitab mukjizat dari aspek bahasa dan sastranya, akidah-ibadah-akhlaq (tasyri'), informasi kesejarahannya, dan tak kalah pentingnya adalah dari sudut aspek isyarat ilmiahnya. Dimensi kemukjizatan yang disebut terakhir ini maksudnya adalah keunggulan kitab ini yang memberikan informasi yang menakjubkan dan akurat tentang hakikat alam semesta dan fenomenanya yang mana ilmu terapan belum sampai ke hakikat itu kecuali setelah berabad-abad turunnya Al-Qur'an. Sehingga tidak mungkin bagi orang yang berakal menetapkan sumber hakikat ilmiah itu selain dari pada Allah swt. Hal ini adalah bukti penguat bagi ahli ilmu pengetahuan di zaman ini bahwa Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah yang telah menurunkannya kepada Rasul terakhir atas dasar ilmu-Nya dan berfungsi untuk membenarkan Nabi Muhammad saw.
Al-Qur'an menyuruh umat manusia untuk merenungi proses penciptaan yang tak pernah disaksikan oleh manusia, Zaghlul menilai dalam rangka mengkompromikan konteks dan tujuan ayat-ayat Al-Qur’an, penciptaan langit dan bumi, kehidupan, juga manusia yang memang terjadi di luar kesadaran manusia yang mutlak. Namun Allah swt menyisakan beberapa bukti di lempengan bumi dan lapisan langit yang dapat membantu manusia untuk menyatakan asumsi proses penciptaan. Akan tetapi asumsi yang bisa diraih ilmuan di bidang ini baru sebatas hipotesa dan teori belaka, dan belum sampai pada tingkatan hakikat/fakta keilmuan. Zaghlul menilai bahwa ilmu terapan di bidang hakikat penciptaan tak dapat melampaui teorisasi belaka. Varian teori penciptaan ini pun tergantung asumsi dan keyakinan para pencetusnya. Kesimpulan ilmuan yang beriman akan berbeda dengan ilmuan atheis atau yang netral agama.
Pada posisi inilah, bagi ilmuan muslim tersedia cahaya Allah swt yang terdapat dalam ayat Al-Qur'an atau hadis Nabi. Cahaya yang diberikan "gratis" oleh Allah dan Rasul-Nya itu dapat membantu ilmuan muslim untuk mengangkat salah satu teori dan asumsi sains ke tingkat hakikat ilmiah, bukan karena ilmu terapan itu yang menetapkannya, akan tetapi lebih karena terdapat isyarat hakikat ilmiah itu dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Artinya kita telah memenangkan ilmu dengan informasi Al-Qur'an atau Sunnah dan bukan sebaliknya, memenangkan Al-Qur'an dengan bantuan ilmu. Di sinilah letak keunikan dan keistimewaan teori i'jaz yang diajukan Zaghlul.
Dengan kepiawaiannya di bidang tafsir Al-Qur'an berbasis sains, ia rutin menulis artikel tetap di rubrik "Min Asrar al-Qur'an", (Rahasia Kemukjizatan Al-Qur'an) setiap hari senin di Harian Al-Ahram Mesir yang bertiras 3 juta eksemplar setiap harinya. Hingga kini telah dimuat lebih dari 250 artikel tentang kemukjizatan sains dalam Al-Qur'an.

Prosedur Penerapan Metode Maudu'I(Tematik)

Prosedur yang digunakan dalam metode tafsir Tematik tidak ada perdebatan diantara para ulama’ mufasir yang mengunakan metode tematik ini. paling tidak ada tujuh, tapi tidak semua mufasir mengunakannya secara keseluruhan, umumnya mereka menerapkannya sebagian bahkan ada yang tidak mengunakan sama sekali prosedur ini.
Sebagai contoh, Berikut ini adalah prosedur penafsiran Al-Qur'an secara Tematik yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Abdul Hay Al-Farmawiy, yang juga menjabat guru besar pada Fakultas Ushuluddin Al-Azhar, menerbitkan buku Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Mawdhu'i dengan mengemukakan secara terinci langkah-langkah yang hendaknya ditempuh untuk menerapkan metode mawdhu'iy. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menentukan tema atau judul yang akan di teliti.
2. Me-Research ayat-ayat yang berkaitan dengan tema untuk kemudian dihimpun.
3. Menyusun ayat tersebut sesuai dengan kronologinya (asbabunnuzulnya), mendahulukan ayat makiyah daripada surat madaniyah
4. Memahami korelasi(munasabah) ayat-ayat tersebut dengan ayat-ayat lainnya didalam suratnya masing-masing.
5. Menyusun tema pembahasan dalam kerangka yang sistematis.
6. Mengambil hadist-hadist yang releven dengan pokok bahasan sebagai pendukung dan pelengkap
7. Membahas ayat ayat tersebut secara tematik dan koperhensif dengan cara mengkoleksi ayat-ayat yang mempunyai muatan isi yang sama mengkompromikan antara pengertian yang umum dan yang khusus, mutlak dan muqoyad, mensingkronkan antara antar ayat yang nampak kontradiktif, menjelaskan nasah dan mansukh sehinga semua menyatu dalam satu makna tanpa perbedaan dalam penafsiran.
Prosedur ini juga diterapkan oleh Quraish shihab dengan menambahi satu prosedur lagi sehingga menjadi delapan. Yaitu: Menyusun kesimpulan yang mengambarkan jawaban dari Al-Qur’an tentang masalah yang dibahas.

Ayat-Ayat Reproduksi Manusia

Menurut Achmad Fahrudin dkk, memasukkan 28 ayat yang membahas tentang embrio ini, ini mengindikasikan bahwa ayat Al-Qur’an yang berbicara reproduksi manusia tidak sedikit dan tersebar diberbagai surat dalam Al-Qur’an. Maurice Bucaille seorang ahli bedah berekebangsaan prancis mengakui menemui kesulitan dalam mencari ayat-ayat yang memuat reproduksi manusia meskipun pada akhirnya beliau berhasil mengumpulkan 23 ayat yang tersebar didalam Al-Qur’an. Sedangkan kami sendiri setelah melakukan research diseluruh surat dalam Al-Qur’an kami berhasil menemukan 38 ayat didalam 27 surat yang berbeda.
Kata kunci yang kami pakai adalah kata-kata yang mempunyai arti menciptakan ( dipilih hanya dalam konteks penciptaan manusia) seperti kata kholaka (خلق), shawara (صوّر), dan kata lain yang mengandung makna penciptaan manusia.
Hasil penelitian ayat tersebut akan kami urutankan sesuai turunnya dan kami kelopokkan sesuai tempat turunnya sebagaiberikut,
A. Makkiyah
1. Al-Alaq{96} ayat 2:

Artinya:
”Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
2. An-Najm{53} ayat 45-46:

Artinya:
“Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”.
3.Abasa {80} ayat 19:

Artinya:
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.”
4. Al-Qiyammah{75} ayat 37-39:

Artinya:
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”
5. Al-Mursalat{77} ayat 20-21:

Artinya:
“Bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina?, Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),”
6. At-Tariq{86} ayat 6-7:

Artinya:
“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
7. Al-Mu’minun{23} ayat 12-14:

Artinya:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
8.As Sajadah{32} ayat 7-9:

Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
9. Al-Ma’aarij{70} ayat 39:

Artinay:
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani)”
10.Al-Infitaar{82}ayat 7-8:

Artinya:
“Yang Telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,Dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki, dia menyusun tubuhmu”.
11.Al-Insiqaaq{84} ayat 19

Artinya:
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),”
12.Ar ruum{30} ayat 20:

Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”
13.An-Nahl{16} ayat 4:

Artinya:
“Dia Telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”
14.An-Nuh{71} ayat 14:

Artinya:
“Padahal dia Sesungguhnya Telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”
15.Al-Waqi’ah{56} ayat 58:

Artinya:
“ Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.”
16.Yassin{36} ayat 77:

Artinya:
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!”
17.Al-An’am{6} ayat 2 dan 98:

Artinya:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”

Artinya:
“Dan dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, Maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya Telah kami jelaskan tanda-tanda kebesaran kami kepada orang-orang yang Mengetahui.”
18.As Saaffat{37} ayat 11:

Artinya:
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang Telah kami ciptakan itu?" Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat.”
19.Az-Zumar{39} ayat 6:

Artinya:
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”
20.Al-Mu’min{40} ayat 67:

Artinya:
“ Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
21,Al-Furqaan{25} ayat 54:

Artinya:
“Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
22.Al-Fatir{35} ayat 11:

Artinya:
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air mani, Kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”
23.Ali Imran{3} ayat 6:

Artinya:
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
24.Al-Ra’d{13} ayat 8:

Artinya:
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang Sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
25.Al-Kahfi{18} ayat 37:

Artinya:
“Kawannya (yang mukmin) Berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”
26.Al-Hajj{22} ayat 5:

Artinya
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
B. Madaniyah
27,Al-Insan{76} ayat 2:

Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.”

PRO DAN KONTRA TAFSIR ILMI

Tafsir ilmi baru-baru ini saja muncul yaitu ketika sudah banyak teori sains yang ditemukan oleh para ilmuan dan pada masa ulama klasik tafsir ini belum ada oleh karena itu kemunculan tafsir ilmi ini mendapat respon yang berbeda di kalangan ulama’ tafsir adayang pro dan ada yang kontra.

Fungsi Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar sementara siswa-siswa yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa siswa tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru, hal ini sebagai tanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar (Djamarah, 2008: 156).
Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bias ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar (Djamarah, 2008: 156).
Terdapat tiga fungsi motivasi dalam proses pembelajaran yaitu:
2.2.4.1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar, sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu.. Sikap itulah yang mendorong ke sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar (Djamarah, 2008: 157).
2.2.4.2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Di sini siswa sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar (Djamarah, 2008:157).

2.2.4.3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Di sini siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan agar tidak menghalangi tujuan yang diinginkan (Djamarah, 2008: 157).
Dalam artian siswa mampu menentukan mana perbuatan-perbuatan yang yang harus dilakukan, guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu, seperti seorang siswa yang benar-benar ingin mencapai yang terbaik dalam sekolahnya dia tidak akan menghamburkan-hamburkan waktunya dengan bermain layang-layang (Purwanto, 2007: 71).

Asal Manusia Dari Tanah

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, asal penciptaan manusia dikatakan dari tanah. Ini bisa dijumpai diantaranya pada ayat-ayat berikut ini: Al-Hajj[22]:5, Ar Rum[30]:20, Al-Anam[6]:2,

Artinya:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah…”

Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”

Artinya:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),”
Ayat-ayat diatas sangat jelas mengemukakan bahwa asal manusia berasal dari Turab (تراب) yang diartikan Najjar sebagai bagian kecil dari bagian tanah dan jika turab ini bercampur dengan air dinamakan Tiin (طين) . kata turab sejalan dengan sulalatu min tin (سللة من طين) yang berarti sari pati tanah. Al-Mukminun[23]:12,

Artinya:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.”
Sari pati tanah berarti bagian terbaik dari tanah atau tanah yang sudah di saring dan diambil yang paling baik dan memisahkan bagian yang jelek. Kalau dikaitkan dengan reproduksi manusia maka manusia berasal dari bagian terbaik dari tanah yang sudah disaring. Terus bagaimanakah saripati tanah bisa menjadi manusia?. Makanan nabati yang kita makan seperti sayuran dan buah-buahan banyak mengandung protein dan gizi dan menurut ilmu kedokteran, zat didalam tumbuh-tumbuhan(buah dan sayur) banyak berperan dalam menghasilkan sperma. Tumbuh-tumbuhan inilah yang menyerap senyawa-senyawa yang ada didalam tanah untuk perkembangan dan kesuburan tanaman tersebut. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah seperti Kalium (K), Fosfor, Nitrogen (N) yang berperan dalam menghasilkan protein dan antioksida didalam sayur dan buah.
Jadi sangat tepat sekali Al-qur’an menjelaskan manusia dari tanah (saripatitanah). Dari riset yang dilakukan oleh para ilmuwan menemukan bahwa sperma sangat membutuhkan zat-zat yang berasal dari tumbuhan seperti protein dan antioksidan. Sebuah penelitian yang dipublikasi akhir-akhir ini di Jurnal Fertilitas dan Sterilitas menemukan bahwa pria yang mengonsumsi antioksidan (zat aktif yang banyak didapat dari buah dan sayur) memiliki kualitas sperma lebih baik entah gerak, volume ejakulasi, maupun konsentrasi spermanya dibanding mereka yang kerap mengonsumsi daging dan produk susu penuh lemak.
Bloxson merekomendasikan seperangkat zat peningkat mutu sperma pada makanan seperti: Asam Folat : bayam, asparagus, dan kacang-kacangan lentil,dan Vitamin C : brokoli, jeruk, stroberi.dan Likopen : tomat, semangka, anggur.
Dan bukti bahwa manusia dari tanah adalah hasil penelitian yang menyatakan bahwa unsur kimia dalam tubuh manusia banyak kesamaan dengan unsur hara yang terdapat didalam tanah seperti silikat(si), Magnesium(Mg), besi(Fe).
Tapi kalau melihat pada ayat lain, maka akan menemukan asal penciptaan manusia dari air bukan dari tanah. Ini bisa dijumpai dalam ayat berikut: Al-Furqon[25]:54,

Artinya:
“Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Manakah yang benar?, sebenarnya manusia berasal dari tanah ataukah dari air? Atau sebenarnya Al-Qur’an hanya menduga-duga saja?. Karena dalam hadis juga dijelaskan bahwa allah menciptakan segala sesuatu dari air,

Artinya:
“ setiap sesuatu di ciptakan dari air(termasuk manusia)”
Jawaban yang tepat mungkin adalah yang dikemukakan oleh Prof. Zaghlul Al-Najjar dalam menfsiri ayat ini, beliau mengatakan bahwa air disini yang dimaksud adalah air yang dikeluarkan oleh laki-laki(sperma) dan perempuan (ovum) sebagaimana diterangkan dalam ayat lain, As Sajadah[32]:7-8, Mursalat[77]:20,

Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”

Artinya:
”Bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina?”
Jalaludin Assuyuti menafsirkan ma’ mahin dengan air yang hina atau mani, arti serupa juga diberikan oleh para mufasir lain baik para mufasir kuno maupun mufasir kontenporer. Dalam surat sajadah di atas mengunakan kata hubung ثُمّ Yang berfaedah tartib maa tarahi (الترتيب مع التراخي) yang digunakan untuk menghubungkan dua kejadian yang berurutan tapi punya jarak yang lama. Sebagaimana sebelum sari pati tanah menjadi air sperma ada proses yang cukup membutuhkan waktu yang lama.
Berhubungan dengan bahasan ini adalah bahwa asal penciptaan manusia dari air (sperma) merupakan tahapan penciptaan setelah tanah. Ini diuraikan dengan jelas dalam ayat ke tujuh dari surat sajadah diatas dan dalam ayat-ayat lainnya,
1.Dalam suratAl-Hajj ayat 5

Artinya:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah,…”
2.surat Al-Kahfi ayat 37

Artinya:
“Kawannya (yang mukmin) Berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”
3.Al-Fatir ayat 11

Artinya:
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air mani, Kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).”
4.Al-Mukmin ayat 67

Artinya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
Lihatlah redaksi Al-Qur’an dalam menyampaikan urutan asal penciptaan manusia antara kata tanah(تراب/طين) dengan kata air(ماء/نطفة). Al-Qur’an selalu mengunakan kata ثم bukan kata و, ini menunjukkan bahwa zat yang berguna bagi pembentukan manusia saat berada ditanah dengan berada di air, mengalami proses yang tidak pendek.

Musik klasik dalam proses pembelajaran

Proses belajar mengajar memerlukan kondisi fisik, mental dan emosional yang mendukung information in-take (memasukkan informasi ke dalam otak) yakni saat seseorang berada dalam kondisi alfa. Kondisi alfa adalah suatu kondisi di mana getaran gelombang otak manusia berada pada kisaran 8-12 hz, kondisi alfa optimal adalah pada frekuensi 10.5 hz (Gunawan, 2003: 73).
Musik klasik berdampak positif pada kondisi fisik dan psikis, dengan mendengarkan musik klasik siswa tidak cepat merasa lelah dan bosan, karena aktivitas yang diiringi dengan mendengarkan musik menjauhkan siswa dari rasa lelah dan mendorong siswa untuk bersemangat dalam belajar, sementara tenaga yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit, karena musik klasik mengatur ritme pernafasaan, detak jantung, dan meningkatkan koordinasi otot-otot dalam tubuh manusia.
Pernafasan manusia bersifat ritmis umumnya manusia bernafas 25-30 permenit, pernafasan yang lebih dalam dan lambat menimbulkan ketenangan, kendali emosi dan metabolisme yang baik. Pernafasan yang dangkal dan cepat dapat mengakibatkan kecenderungan berbuat salah dan perilaku implusif . Dengan mendengarkan musik klasik yang bertempo lambat menjadikan pikiran tenang (Cambell, 2003: 81).
Dalam kondisi normal jantung berdetak sekitar 100 kali dalam satu menit, dalam keadaan rilaks atau istirahat, detak jantung manusia akan turun menjadi 60-70 kali per menit, Apabila siswa mendengarkan musik dengan tempo 55-70 bit per menit, maka otak akan menangkapnya dan menyesuaikan kecepatan detak jantung mengikuti tempo lagu yang didengar dalam hal ini banyak kita temukan dalam jenis musik klasik (Gunawan,2003:179).
Hal ini karena denyut jantung dan nadi manusia cenderung menyesuaikan Variabel-variabel musik, seperti frekuensi, tempo, dan volume bila mendengarkan musik (Cambell, 2003: 82).
Pada saat pembelajaran guru dapat memutar musik klasik untuk menciptakan relaksasi dan pembangkit motivasi siswa. Siswa bergairah mengikuti kegiatan belajar dan melepas ketegangan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran musik klasik mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan semangat siswa
b. Merangsang pengalaman
c. Menumbuhkan relaksasi
d. Meningkatkan fokus
e. Membina hubungan
f. Bersenang-senang ( Deperter, 2003: 77)

Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar:
a. Memperjelas tujuan yang dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
b. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukaan untuk membangkitkan minat belajar siswa di antaranya dengan menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran.
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya dapat belajar dengan baik mana kala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Suasana yang menyenangkan dapat memungkinkan siswa beraktivitas dengan penuh semangat dan penuh gairah. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang.
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan yang meyakinkan.
e. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin nilai yang bagus, untuk itu mereka belajar dengan giat, bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu penilaian harus dilakukan sesegera mungkin, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberi komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya misalnya dengann memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu”. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2008: 261-263).

Pembagian musik klasik dalam pembejaran

Dalam penggunaannya musik klasik yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk relaksasi
a. " The four seasons" Vivaldi
b. "Water music" Handel
c. "Afternoon of a faun" Debussy (Gunawan, 2003: 182)
d. Karya-karya handel :
 Concerto for harp and lute larghetto,op.4.no.6
 Concerto for harp in major largherto F, op. 4, no. 5
 Concerto grosso in c major ("Alexander's feast) (Rose dan Nichol, 2002:249)
2. Untuk Kosentrasi
a. " Flute Concerto" Vivaldi
b. "Goncerto Grossi #4,10-12" Corelli
c. "c Major piano concerto" Mozart (Gunawan, 2003: 182)
3. Untuk membangkitkan semangat
a. "Alexander's feast" Handel
b. " Well Tempered clavier" Bach
c. "Divertimento" Mozart (Gunawan, 2003: 182).

Reproduksi Manusia menurut Al-Qur'an

Sudah menjadi fitrah manusia untuk selalu ingin tahu akan segala hal,dia paling senang untuk mengetahui hal-hal yang misterius yang belum mereka ketahui,dia akan terus mencari hingga hal yang misterius tersebut dapat dia mengerti secara jelas, mereka mengunakan banyak metode untuk memenuhi hasratnya tersebut, baik lewat obserfasi, penyelidikan,maupun lewat riset dan mereka tidak akan diam sebelum rasa penasarannya dapat terpuaskan dengan kejelasan hal yang misterius tersebut.
Bukan hanya sekedar ingin tahu saja, tapi lebih dari itu, yaitu agar hasil temuannya itu dapat memberikan sumbangsih bagi dunia ilmu pengetahuan dan mencatatkan diri dalam sejarah peradapan manusia serta bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan akan mengembangkan pula peradapan manusia.semakin maju ilmu pengetahuan suatu kaum maka tingkat peradapannya juga akan maju begitu sebaliknya.Ilmu pengetahuan memang merupakan salah satu refrensi bagi kesejahteraan peradapan manusia. Itu semua agar predikat manusia sebagai khoirul ummah tetap terjaga dan bukan hanya sekedar wacana tapi juga dapat terbuktikan dalam realitas.
Manusia punya kelebihan atas hewan bukan karena kekuatannya,fisiknya atau kelebihan yang lainnya tapi manusia lebih unggul daripada binatang karena akalnya. Manusia kalah kuat dari Gajah, manusia kalah cepat dengan Kuda.Jika pengetahuan manusia semakin maju dan berkembang maka itu berarti manusia masih mengunakan akalnya dengan baik.Akal adalah anugrah dari Allah yang punnya konsekuensi tangung jawab untuk mensukurinnya. Akal bertugas untuk berfikir, lewat tindakan berfikir inilah manusia bisa meningkatkan qualitas iman dan ketakwaan sehingga bisa terus Istiqomah dalam beramal. Oleh karena itu, Allah menganjurkan manusia untuk berfikir dalam firmannya diantarannya: Q.S. Al-Anam[6]:65,
                   •         
Artinya:
“ Katakanlah: " dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti] agar mereka memahami(nya)".
Dengan akalnya manusia bisa mereduksi rasa keingintahuannya akan segala hal. Dia pergi ke Bulan, ruang angkasa dan melakukan berbagai penelitian atas fenomena-fenomena yang terjadi di Alamsemesta. Jika masalah yang jauh tempatnya seperti Tatasurya dan fenomena-fenomena Bimasakti manusia berambisi maka sangat logis sekali jika masalah fenomena-fenomena yang ada di dalam diri manusia sendiri akan lebih mereka ambisiuskan. Salah satu fenomena yang ada didalam diri manusia adalah masalah reproduksi manusia beserta prosesnya yang insya' Allah akan kami teliti dari perspektif Al-Qur'an. Akan sangat konyol sekali jika manusia yang telah tahu tentang derbagai fenomena-fenomena di tempat jauh seperti di luar angkasa tapi masalah fenomena yang terjadi dalam diri manusia mereka tidak tahu. Begitu pentingnya masalah ini sampai ada hadist "Barangsiapa tahu akan dirinya sendiri maka dia akan tahu akan tuhannya". Karena alasan inilah Allah mencantumkan masalah reproduksi manusia dalam firman-Nya(Al-Qur'an) yang tersebar di berbagai ayat.
Para Ilmuwan barat di dorong oleh fitrahnya tersebut, telah banyak melakukan penelitian demi menyingkap fenomena reproduksi manusia. Pada mulannya masalah reproduksi manusia masih hanya sebuah hayalan hingga peralatan modern sudah memadai untuk melakukan penelitian embrio yang punya ukuran super mikro tersebut. Disamping sudah adannya peralatan modern yang memadai seperti Mikroskop, para ilmuan melakukan penelitian juga setelah ada ilmu-ilmu fundamental yang menjadi sumber refrensi seperti Fisiologi, Embriologi, Obstetrik dan lain-lain.
Walaupun Mikroskop sudah di temukan pada abad 16 M oleh Leeu Wenhook tapi tidak dengan mudah masalah embrio ini di ungkap dengan cepat, masalah embrio manusia masih berupa bayang-bayang. Hingga abad 20 M.
Dalam proses penelitian selain menghabiskan waktu yang panjang, para Ilmuwan juga banyak menghabiskan biaya di samping menghabiskan banyak tenaga tentunya. Dari berbagai riset yang dilakukan hingga akhirnya para Ilmuwan tersebut bisa mengungkap dan menjelaskan fenomen reproduksi manusia secara gamblang, sistematis dan ilmiah. Para ilmuan telah berhasil mengunkap masalah reproduksi manusia yang semula misterius menjadi jelas dan terbuka prosesnya, dari saat masih berupa spermatozoa hingga menjadi janin hingga ahirnya terlahirkan menjadi bayi.Sebelum abad 20M masalah reproduksi hanya menjadi sebuah hayalan dan mitos belaka.
Atas usaha yang dilakukan oleh para ilmuan sudah sepantasnya kita respek kepada mereka. Mereka memberikan hal yang yang sangat berharga bagi ilmupengetahuan.Tapi tidakkah kita sadari(terutama bagi kaum muslimin) bahwa masalah reproduksi beserta prosesnya sudah terbuilding dalam Al-Qur'an bahkan ayat-ayatnya tersebar di Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kitab yang sakral dan disakralkan. Al-Qur'an adalah kitab agama bukan kitab ilmiah yang tujuan utama turunnya adalah menjadi petunjuk bagi kebenaran dan keselamatan manusia di dunia dan ahirat. Adaapakah dibalik semua itu?.
Fakta yang ada adalah bahwa Al-Qur'an selain memuat tentang reproduksi manusia juga memuat banyak lagi tentang fenomena-fenomena ilmiah seperti menerangkan klorofil, penciptaan alamsemesta, perihal awan dan lain sebagainnya. Fakta tersebut sebenarnya mempertegas akan fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk manusia. Al-Qur'an ingin menunjukkan kepada manusia akan proses fenomena ilmiah tersebut dan agar mereka mengunakan akalnya untuk melihat kekuasaan Allah. Seperti ahir ayat berikut: Al-Baqarah{2}:219,
              
Artinya:
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”
Dan juga diahir ayat 21 dari surat Al-Hasyr:
                ••   
Artinya:
”Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
Selain itu, juga sebagai bukti kebenaran Al-Quran bagi mereka yang masih meragukan kebenaran Al-Qur'an yaitu kaum yang mendewakan otak kiri.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang reproduksi manusia tersebar di berbagai surat-surat Al-Qur'an. Oleh para mufasir klasik ayat-ayat tentang reproduksi manusia ditafsirkan secara sederhana. Tafsiran yang di hasilkan oleh para mufasir klasik atas ayat-ayat reproduksi manusia kurang bisa diterima dan di fahami oleh para ahli embrio. Hingga pada akhirnya pada masa mufasir modern ayat-ayat tersebut di tafsirkan secara terperinci, mendetail dan sistematis. Itu terjadi karena kata-kata yang terdapat didalam ayat tersebut tidak diartikan secara ilmiah tapi hanya sebatas artian bahasa apa adannya. Berbeda dengan para mufasir modern kata-kata tersebut mudah mereka cerna, sebab para mufasir modern menafsirkan sudah hidup di masa pengetahuan embriologi sudah berkembang.
Al-Qur'an sebagai petunjuk manusia, secara logis Al-Qur'an berbicara panjang lebar tentang manusia, bahkan Yusuf Qordowi menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah kitab manusia, karena Al-Qur’an secara keseluruhan membahas manusia atau untuk manusia. Marsalhodgson juga memberi pernyataan bahwa Al-Qur'an sangat manusiawi, karena Al-Qur’an sesuai dengan manusia. Sehingga tak heran jika masalah reproduksi manusia mendapatkan porsi dalam Al-Qur'an untuk di bahas.
Dengan mengungkap reproduksi yang diangkat dari Al-Qur'an akan menghasilkan banyak hikmah dan manfaatnya,bagi kita yang sudah islam dan bagi non muslim. Tidak seperti kitab suci agama lain Al-Qur'an lebih bisa berjalan beriringan denga perkembangan ilmu pengetahuan. Selama ini dari mulai Al-Qur'an diturunkan sampai masa modern sekarang Al-Qur'an tidak pernah berbenturan dengan sains. Sains mengungkap kebenaran sedangkan Al-Qur'an adalah kebenaran tersebut.
Kebenaran Al-Qur'an tidak ada yang bisa membantah. Siapapun dia, sepesialis apapun dia tidak ada yang bisa menggoyahkan kebenaran Al-Qur'an. Al-Qur’an sejak semula menegaskan bahwa, Al-Isra’[17]:88,
                   
Artinya:
”Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain" .
Spesialis sastra tidak bisa, spesialis sihir tak mampu dan para professor-profesor sainspun tak dapat membantah kebenaran Al-Qur'an. Kalau kita ingin menjelaskan kebenaran Al-Qur'an berarti kita menjelaskan kebenar Agama islam secara menyeluruh. Kalau kita ingin menjelaskan kebenaran Al-Qur'an kepada non muslim, misalnya orang Eropa yang sangat mendewakan L-directed thinking, dengan memberi penjelasan sifat-sifat Allah atau mukjizat Al-Qur'an dalam segi sastra atau isyarah ghoib itu sangat nonsen dapat mereka terima. Disinilah Al-Qur'an memposisikan diri sebagai kitab suci semua umat sedunia, yang akan di baca oleh semua manusia yang punya backround yang kompleks.Al-Qur'an bukan hanya dibaca oleh orang Arab saja, bukan hanya orang Islam saja, tapi Al-Qur'an dibaca oleh semua manusia dari orang yang percaya tahayul sampai orang yang tidak percaya sama sekali, dari orang tidak berintelek sampai orang yang berpredikat intelek, dari anak TK sampai professor. Dari zaman Nabi SAW sampai hari kiamat nanti. Itulah mengapa teori reproduksi manusia juga ada didalam Al-Qur'an meskipun Al-Qur'an bukan kitab Biologi. Yaitu agar Al-Qur’an dapat dicerna oleh kaum yang mendewakan logika.
Para Nabi atau Rasul terdahulu memiliki mukjizat-mukjizat yang bersifat temporal, lokal, dan material. Ini disebabkan karena misi mereka terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Ini jelas berbeda dengan misi Nabi Muhammad saw. Beliau diutus untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapan pun hingga akhir zaman.
Pengutusan ini juga memerlukan mukjizat. Dan karena sifat pengutusan itu, maka bukti kebenaran beliau juga tidak mungkin bersifat lokal, temporal, dan material. Bukti itu harus bersifat universal, kekal, dapat dipikirkan dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia. Di sinilah terletak fungsi Al-Quran sebagai mukjizat.
Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT. Ketiga aspek yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut. Pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya, Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya, Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya
Sangat wajar sekali bahkan suatu kewajiban sebagai seorang Muslim mengkaji reproduksi manusia yang ada di Al-Qur'an. Bagi non Muslim kajian ini adalah sebagai bukti kebenaran Al-Qur'an tapi bagi kaum Muslim ini adalah sebagai penegas dan pemantab kebenaran Al-Qur'an. Meskipun Al-Qur'an diturunkan di masa manusia masih buta teknologi tapi keakuratan Al-Qur'an sama sekali tidak berbeda dengan hasil riset para ilmuwan yang mengunakan alat teknologi yang cangih untuk mengkaji reproduksi manusia setelah lebih dari seribu tahun Al-Qur'an diturunkan. Apakah ini suatu kebetulan? Apapun alasannya yang pasti itu bukan rekayasa yang bertujuan untuk membenarkan Al-Qur'an sebab para ilmuan melakukan penelitian secara independent tidak dipengaruhi pihak manapun, mereka semata- mata ingin mengungkapkan fenomena ini secara ilmiah sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan perlu dicatat bahwa para ilmuan tersebut adalah non Muslim.
Hakikatnya Al-Qur'an tidak butuh teori-teori ilmiah untuk membuktikan kebenaranya sebab Al-Qur'an mempuyai kebenaran yang mutlaq, sebab dia bersumber dari zat yang maha benar,sangat konyol sekali jika Al-Qur'an isinya salah padahal dia bersumber dari Allah Al-Haq. Isyarah-isyarah ilmiah(reproduksi manusi) adalah mukjizat Al-Qur'an, sama dengan kemukjizatan-kemukjizatan Al-Qur'an lainnya hanya bedannya adalah terletak pada objeknnya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang komunikatif. Sudah saya sebutkan diatas bahwa Al-Qur'an dibaca oleh berbagai kalangan manusia dan perlu saya tambahi di sini bahwa Al-Qur'an juga dibaca disegala zaman dan disegala peradapan. Dapat di simpulkan bahwa Al-Qur'an adalah kirab suci yag multidimensi. Al-Qur'an selalu senyesuaikan diri dengan siapa dan kapan dia berinteraksi.
Pada zama Nabi Saw, Al-Qur'an menunjukkan kemukjizatannya lewat sastranya, sabab pada saat itu sedang rame-ramenya perkembangan sastra. Kemudian pada saat itu Al-Qur’an juga mengangkat perihal ghoib untuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an sebab hal ghoib sangat mereka percayai. Lalu pada zaman modern, ketika sains telah menemukan berbagai teori ilmiah, kemukjizatan Al-Qur'an terungkap dengan sendirinnya lewat isyarah-isyarah ilmiahnya. DR.keith L moore menjadi mu'alaf setelah mengetahui adanya kecocokan atara teori ilmiah reproduksi manusia dengan ayat-ayat Al-Qur'an, dia dengan kesatria megakui kebenaran Al-Qur'an setelah sebelumnya setia pada Injil.
Sebenarnya Al-Qur'an dikaji juga oleh nonmuslim degan tujuan yang berbeda-beda. Mereka yang bermotif negative mereka akan mencari kelemahan Al-Qur’an, seperti kritik terhadap sistematika ayat dan surat Al-Qur’an dan kritik trehadap bahasa Al-Quran, meski tanpa dibekali ilmu sastra arab. Tanpa menghargai kesucian Al-Qur'an mereka menafsirkan salah atas ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut persepsi mereka, adalah sebuah prestasi jika memang menemukan kelemahan Al-Qur'an, padahal temuan mereka adalah sebuah kekeliruan yang besar sebab tanpa landasan Ulumulquran yang kokoh. Sedangkan para peneliti nonmuslim yang independen akan menemukan banyak keajaiban Al-Qur'an. Hingga pada ahirnya mereka bisa menangkap kemukjizatan Al-Qur'an.
Mengangkat tema seperti ini sangat urgen serkali pada masa modern sekarang. Pada masa modern sekarang perkembangan sains sangat pesat, para ilmuwan sudah banyak menemukan berbagai teori ilmiah untuk menerangkan berbagai fenomena-fenomena didunia ini.
Ini terbukti dengan banyaknya disiplin ilmu yang lahir seperti Astonomi, Geologi, Biologi, Fisika, Embriologi, Genetika dan lain-lain. Tujuan para ilmuwan dalam melakukan banyak riset tersebut adalah mengambil manfaatnya sebagai pemenuh kebutuhan manusia.
Seiring dengan perkembangan sains tersebut fikiran manusia juga ikut berkembang sehingga memberi kesadaran kepada manusia akan segala hal. Perkara mistis dan tahayul mulai ditinggalkan seiring dengan lebih aktifnya otak kiri dalam memahami segala hal. Hanya yang logis yang akan diterima, segala yang tidak logis akan terkikis,logika sudah berkuasa, kebenaran adalah segala yang logis dan terbukti secara empiris.
Dalam masa seperti inilah Al-Qur'an sekarang berdialog. Al-Qur'an adalah kitab suci yang komunikatif. Al-Qur'an dituntut untuk menjawab tantangan zaman modern agar Al-Qur’an tidak kehilangan image sebagai kitab petunjuk dan kebenaran Al-Qur’an masih bisa diterima oleh masyarakat modern saat ini. Al-Qur’an memang punya kebenaran yang mutlak tapi apakah kebenaran Al-Qur'an dapat dibuktikan dengan logika manusia modern. Tanpa logika kebenaran Al-Qur'an tidak bisa diterima oleh masyarakat modern. Kalau dengan kebenaran Al-Qur'an saja mereka sudah tidak bisa menerima maka pasti mereka juga tidak bisa menerima islam. Dan tujuan Al-Qur'an untuk menyelamatkan manusia di Dunia dan Ahirat tidak bisa terrealisasi.
Untuk membuktikan kebenaran Al-Qur'an pada zaman modern sekarang adalah dengan mengangkat teori-teori ilmiah yang ada didalam Al-Qur'an, bukan untuk memaksakan kebenaran Al-Qur'an tapi untuk mengungap realitas fakta bahwa Al-Qur'an sebenarnya banyak memuat teori-teori ilmiah yang selama ini tidak ada yang kontradiksi dengan teori sains bahkan bisa dikatakan Al-Qur'an sejalan dengan teori-teori tersebut

Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan : Sebuah kata Kritik untuk Presiden/Pemimpin

Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan
Oleh: Adjie Suradji

Terdapat dua jenis pemimpin cerdas, yaitu pemimpin cerdas saja dan pemimpin cerdas yang bisa membawa perubahan.

Untuk menciptakan perubahan (dalam arti positif), tidak diperlukan pemimpin sangat cerdas sebab kadang kala kecerdasan justru dapat menghambat keberanian. Keberanian jadi satu faktor penting dalam kepemimpinan berkarakter, termasuk keberanian mengambil keputusan dan menghadapi risiko. Kepemimpinan berkarakter risk taker bertentangan dengan ciri-ciri kepemimpinan populis. Pemimpin populis tidak berani mengambil risiko, bekerja menggunakan uang, kekuasaan, dan politik populis atau pencitraan lain.

Indonesia sudah memiliki lima mantan presiden dan tiap presiden menghasilkan perubahannya sendiri-sendiri. Soekarno membawa perubahan besar bagi bangsa ini. Disusul Soeharto, Habibie, Gus Dur, dan Megawati.

Soekarno barangkali telah dilupakan orang, tetapi tidak dengan sebutan Proklamator. Soeharto dengan Bapak Pembangunan dan perbaikan kehidupan sosial ekonomi rakyat. Habibie dengan teknologinya. Gus Dur dengan pluralisme dan egaliterismenya. Megawati sebagai peletak dasar demokrasi, ratu demokrasi, karena dari lima mantan RI-1, ia yang mengakhiri masa jabatan tanpa kekisruhan. Yang lain, betapapun besar jasanya bagi bangsa dan negara, ada saja yang membuat mereka lengser secara tidak elegan.

Sayang, hingga presiden keenam (SBY), ada hal buruk yang tampaknya belum berubah, yaitu perilaku korup para elite negeri ini. Akankah korupsi jadi warisan abadi? Saatnya SBY menjawab. Slogan yang diusung dalam kampanye politik, isu ”Bersama Kita Bisa” (2004) dan ”Lanjutkan” (2009), seharusnya bisa diimplementasikan secara proporsional.

Artinya, apabila pemerintahan SBY berniat memberantas korupsi, seharusnya fiat justitia pereat mundus—hendaklah hukum ditegakkan—walaupun dunia harus binasa (Ferdinand I, 1503-1564). Bukan cukup memperkuat hukum (KPK, MK, Pengadilan Tipikor, KY, hingga Satgas Pemberantasan Mafia), korupsi pun hilang. Tepatnya, seolah-olah hilang. Realitasnya, hukum dengan segala perkuatannya di negara yang disebut Indonesia ini hanya mampu membuat berbagai ketentuan hukum, tetapi tak mampu menegakkan.

Quid leges sine moribus (Roma)—apa artinya hukum jika tak disertai moralitas? Apa artinya hukum dengan sedemikian banyak perkuatannya jika moral pejabatnya rendah, berakhlak buruk, dan bermental pencuri, pembohong, dan pemalas?

Keberanian

Meminjam teori Bill Newman tentang elemen penting kepemimpinan, yang membedakan seorang pemimpin sejati dengan seorang manajer biasa adalah keberanian (The 10 Law of Leadership). Keberanian harus didasarkan pada pandangan yang diyakini benar tanpa keraguan dan bersedia menerima risiko apa pun. Seorang pemimpin tanpa keberanian bukan pemimpin sejati. Keberanian dapat timbul dari komitmen visi dan bersandar penuh pada keyakinan atas kebenaran yang diperjuangkan.

Keberanian muncul dari kepribadian kuat, sementara keraguan datang dari kepribadian yang goyah. Kalau keberanian lebih mempertimbangkan aspek kepentingan keselamatan di luar diri pemimpin—kepentingan rakyat—keraguan lebih mementingkan aspek keselamatan diri pemimpin itu sendiri.

Korelasinya dengan keberanian memberantas korupsi, SBY yang dipilih lebih dari 60 persen rakyat kenyataannya masih memimpin seperti sebagaimana para pemimpin yang dulu pernah memimpinnya.

Memang, secara alamiah, individu atau organisasi umumnya akan bersikap konservatif atau tak ingin berubah ketika sedang berada di posisi puncak dan situasi menyenangkan. Namun, dalam konteks korupsi yang kian menggurita, tersisa pertanyaan, apakah SBY hingga 2014 mampu membawa negeri ini betul-betul terbebas dari korupsi?

Pertanyaan lebih substansial: apakah SBY tetap pada komitmen perubahan? Atau justru ide perubahan yang dicanangkan (2004) hanya tinggal slogan kampanye karena ketidaksiapan menerima risiko-risiko perubahan? Terakhir, apakah SBY dapat dipandang sebagai pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan konsisten dalam pengertian teguh dengan karakter dirinya, berani mengambil keputusan berisiko, atau justru menjalankan kepemimpinan populis dengan segala pencitraannya?

Indonesia perlu pemimpin visioner. Pemimpin dengan impian besar, berani membayar harga, dan efektif, dengan birokrasi yang lentur. Tidak ada pemimpin tanpa visi dan tidak ada visi tanpa kesadaran akan perubahan. Perubahan adalah hal tak terelakkan. Sebab, setiap individu, organisasi, dan bangsa yang tumbuh akan selalu ditandai oleh perubahan- perubahan signifikan. Di dunia ini telah lahir beberapa pemimpin negara yang berkarakter dan membawa perubahan bagi negerinya, berani mengambil keputusan berisiko demi menyejahterakan rakyatnya. Mereka adalah Presiden Evo Morales (Bolivia), Ahmadinejad (Iran), dan Hugo Chavez (Venezuela).

Indonesia harus bisa lebih baik. Oleh karena itu, semoga di sisa waktu kepemimpinannya—dengan jargon reformasi gelombang kedua—SBY bisa memberikan iluminasi (pencerahan), artinya pencanangan pemberantasan korupsi bukan sekadar retorika politik untuk menjaga komitmen dalam membangun citranya. Kita berharap, kasus BLBI, Lapindo, Bank Century, dan perilaku penyelenggara negara yang suka mencuri, berbohong, dan malas tidak akan menjadi warisan abadi negeri ini. Sekali lagi, seluruh rakyat Indonesia tetap berharap agar Presiden SBY bisa membawa perubahan signifikan bagi negeri ini.

Adjie Suradji, Anggota TNI AU

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2010/09/06/18382584/Inilah.Kritik.kepada.Presiden.Itu...-8

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar".
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002: 895), prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana, 2005: 28). Martinis Yamin (2005: 97) berpendapat bahwa, "Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap".
Jadi belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, monat, watak dan penyesuaian diri (Sadirman, 2007: 21). Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang menghasilkan perubahan dalam kecakapan, keterampilan dan sikap.
Selanjutnya pengertian prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 2006: 43). Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 102), "Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang".
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa harus melalui tes pada bidang studi tertentu. Pemberian tes prestasi belajar dapat dilakukan sesudah seluruh materi pelajaran selesai pada periode tertentu. Dalam hal ini tes diberikan berupa tes formatif dan tes sumatif. Hasil belajar tersebut dapat dilihat pada buku rapor. Dari buku rapor itu dapat diketahui prestasi belajar siswa yang berupa tingkat prestasi atau rangking tingkatan (Sukmadinata, 2005 : 105).
Dari beberapa pengertian diatas, maka sangat jelas bahwa dengan melalui sebuah tes yang sebelumnya diperhitungkan terlebih dahulu validitas dan realibilitas datanya, yang seterusnya akan menghasilkan data yang valid sehingga akan dapat diketahui prestasi belajar siswa yang cukup objektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil aktifitas belajar yang dicapai siswa berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan perilaku sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik), kemudian ditunjukkan dengan data-data kualitatif maupun kuantitatif melalui tes dalam jangka waktu tertentu di sekolah untuk setiap mata pelajaran.

Ciri – ciri belajar

Syaiful bahri Djamaroh mengemukakan ciri – ciri belajar antara lain :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang – kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.misalnya ia menyadari bahwa pengetahuan bertambah, kebiasaanya bertambah, dan kecakapanya bertambh.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil, belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlansung terus menerus dan tidak statis. suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.
3. Perubahan dalam belajar, bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan – perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang di peroleh perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan dirinya, melainkan karena usaha individu sendiri misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berikutnya, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapaat di golongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau bertambah atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. perubahan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar – benar di sadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan di peroleh individu setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya (Djamarah, 2008: 15-16).

Tujuan belajar

Dalam bukunya sardiman mengatakan tujuan belajar di tinjau secara umum itu ada 3 tujuan belajar yang meliputi:
a.) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini di tandai dengan kemampuan berpikir. pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
b.) Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.keterampilan jasmani adalah keterampilan-ketermpilan yang dapat di lihat, diamati, sehinga akan menitik beratkan pada keterampilan garak atau penampilan dari angota tubuh seseorang yang sedang belajar.Termasuk dalam hal inimasalah –masalah “teknik” dan “pengulangan”. sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak harus berurusan dengan masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana pangkal ujungnya, tetapi lebih abtrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
c.) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak didik, guru harus bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa mengunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua prilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya, sehinga diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat mnumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.(Sardiman,2010:25-28).

Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam hal ini ada prinsip-prinsip yang penting dalam belajar yang dapat diketahui,antara lain:
a) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuanya.
b) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan dri para siswa.
c) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atau dasar kebutuhan atau kesadaran atau intrinsic motivasion, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
d) Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbua keliru)dan conditioning atau pembiasaan.
e) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f) Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu: (1) Diajar secara lansung, (2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman lansung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain), (3) Pengenalan dan peniruan.
g) Belajar melalui praktik atau mengalami secara lansung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
i) Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
Sedangkan menurut slameto prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a) Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar
1.Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2.Belajar harus dapat menimbulkan dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
3.Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuanya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4.Belajar perlu interaksi siswa dengan lingkuganya.
b) Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembanganya;
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery;
3. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehinga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
c) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehinga siswa mudah menangkap pengertianya;
2. Belajar harus mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai;
d) Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2. Repitisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian, keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa(Slameto,2010:27-28).

Pengertian Belajar

Dalam hal ini penulis akan mengemukakan suatu pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
Belajar adalah “Berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud balajar berarti usaha mengubah tingka laku. jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingka laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,rasa dan karsa,ranah kognitif,afektif,dan psikomotorik(Sardiman,2010:21).

Macam-macam Motivasi

Menurut Sardiman macam-macam motivasi adalah sebagai berikut:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
Yang pertama: motif-motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawah sejak lahir jadi motivasi ini dipelajari sejak lahir.
Yang kedua: motif-motif yang dipelajari motif ini sering kali disebut dengan motif yang disyaratkan secara social, sebab manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama dengan yang lain, sehingga motivasi ini terbentuk.
b. Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis
Yang pertama: motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan makan minum dan lain-lain.
Yang kedua: motif darurat, motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
Yang ketiga: motivasi obyektif, motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
c. Motivasi jasmani dan rohani
Yang termasuk motivasi jasmani adalah refleksi, insting, otomatis, nafsu sedangkan yang termasuk motifasi rohani adalah keimanan.
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Yang pertama motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap invidu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Yang kedua motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif berfungsinya karena ada rangsangan dari luar (Sardiman, 2010: 86-90).

Header Makalah Dunia Modern

Tentang Situs Dunia Islam punyaku

Para sahabat, perkenalkan ini adalah salah satu situsku yang lain yang saya berinama Situs Dunia Islam. Bukan seperti blog Makalah Dunia Modern, Situs Dunia Islam ini hanya berisikan posting-posting yang khusus membahas tentang wacana ke-Islaman dan yang berkaitan dengan itu. Tentunya dalam situs ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saya berharap para sahabat sekalian mau untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Karena sejatinya saya memang masih harus banyak belajar dalam hal tersebut. Demikian semoga para sahabat berkenan.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasi Belajar

Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh indifidu. Perubahan itu adalah hasil. yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk ”perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri indifidu dan diluar diri individu. Proses disini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami prosestertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya karena aktifitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya, jadi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan lain sebagainya.
Menurut Carrol yang dikutib oleh Nana Sujana (2005:40) berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor, yakni bakat pelajaran, waktu yang tersebia untuk belajar, waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas pengajaran dan kemampuan individu, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu faktor yang datang dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya faktor kemampuan siswa besar sekali penagruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark dalam bukunya Ahmad Sabri (2005:48) nahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% diupengaruhi oleh lingkungan.

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic
Powered by Blogger.

Followers

OUR FACEBOOK

Sponsor Blog

Site Info

Copyright © 2012 Makalah Dunia ModernTemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.