Macam-macam Validitas

1. Validitas Logis
Istilah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika yang mempunyai arti penalaran. Dengan demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhikarena instrument yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada (Arikunto, 2003:65). Seperti pelaksanaan suatu tugas misalnya membaca Al-Qur’an, jika tajwid dan makhorijul hurufnya sudah benar, tentu secara logis bacaannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrument yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrument, secara logis sudah valid.
Ada dua macam validitas logis, yaitu:
a. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2009:32). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.
b. Validitas Konstruksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir yang disebutkan di dalam tujuan instruksional khusus (Arikunto, 2003:67). Seperti contoh seorang guru ingin mengukur kemampuan siswanya dalam aspek kognitif, maka unsur yang diukur adalah mengerti, memahami, membandingkan, menganalisa sampai pada tingkatan aspek kognitif yang paling tinggi.

2. Validitas Empiris
Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrument dapat dikatakan mempunyai validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Seperti contoh seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur (Arikunto, 2003:66).

Validitas Instrumen

Karakteristik pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrumen evaluasi, yaitu karakteristik valid (validity). Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2008: 29). Validitas tes instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
2. Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.
3. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja.

Kesimpulan Alasan Dari Kelompak Yang Pro Tafsir Ilmi

Perdebatan kedua kelompok diatas menimbulkan dilema pada eksitensi tafsir ilmi, apalagi ini diperparah dengan kenyataan bahwa tokoh-tokoh diantara kedua pihak merupakan para ulama yang mempunyai kredebilitas dan kedudukan yang tinggi didalam ranah dunia keilmuwan islam seperti Al-Ghazali, dari kelompok yang pro pada tafsir ilmi dan dari kelompok yang menolak tafsir ilmi ada Asy-syatibi. Meskipun mereka saling mengkritik, tapi latar belakang dari perdebatan tersebut punya satu kesamaan yaitu keduanya sama-sama berniat baik, tidak berpendapat atas dasar nafsu maupun berdasarkan kepentingan duniawi. Oleh karena itu, dari kesamaan tersebut kedua kelompok tersebut masih bisa dipertemukan dalam satu titik yang tidak memihak.
Hujjah pihak yang menolak tafsir ilmi yang mengatakan tidak boleh memahami Al-Qur’an kecuali sesuai dengan apa yang difahami oleh para ulama terdahulu (sahabat, tabi’in) menurut penilaian kami adalah suatu hujjah yang terlalu berlebihan karena yang wajib memahami Al-Qur’an bukan hanya para sahabat saja akan tetapi semua generasi sesudahnya juga wajib untuk memahami Al-Qur’an sesuai dengan fikirannya masing-masing. Sedangkan fikiran manusia setelah generasi sahabat tidak akan sama dengan pola pikir para sahabat. Karena lingkungan dan kebutuhan yang berbeda dengan para sahabat. Oleh sebab itu, memahami Al-Qur,an berbeda dengan pemahaman para sahabat merupakan hal yang wajar dan sah-sah saja agar Al-Quran mampu menjawab tantangan setiap zaman.
Ulama yang mengatakan penafsiran Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan adalah sebuah penempatan yang tidak etis karena sifat masing-masing yang kontradiksi, Al-Qur’an yang absolute kebenarannya tidak dapat disandingkan dengan ilmu pengetahuan yang bersifat labil kebenarannya. Sebenarnya pendapat ini tidak sepenuhnya dapat dibenarkan. Karena perlu diingat bahwa teori sains ada yang sudah mapan atau mantab dan ada teori yang belum mapan sehingga kemungkinaan berubahnya sangat besar. Dengan demikian teori sains yang belum mapan inilah yang tidak boleh digunakan dalm menfsirkan ayat AlQur’an. Kalau memang ada temuan sains yang cocok dengan dohir ayat Al-Qur’an dan menurut keyakinan kita itu adalah benar, apakah harus dibiarkansaja?, sedangkan menyambunyikan kebenaran ayat allah tidak dibenarkan dalam Al-Qur’an, Al-Baqarah[2]:159,

Alat Reproduksi pada manusia

Yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang kelenjar kelamin yang disebut testis yang disimpan dalam kantung disebut skrotum/kantung pelir. Di dalam testis terdapat saluransaluran halus yang disebut tubulus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Untuk keluar tubuh spermatozoa melewati saluran epididimis. Saluran ini kemudian melebar menjadi vas deferens yang bermuara pada uretra. Palo pertemuan uretra dengan vas deferens terdapat kelenjar prostat dan di sebelah belakangnya terdapat kelenjar cowper. Kedua kelenjar tersebut berfungsi menghasilkan sekret untuk memberi nutrisi dan mempermudah gerakan spermatozoa.
Pada manusia terdapat sepasang kelenjar kelamin yaitu ovarium yang berfungsi menghasilkan sel telur. Dalam ovarium terdapat folikel Grad yang akan berkembang menjadi sel telur (ovum). Ovarium dihubungkan dengan uterus (rahim) oleh suatu saluran yang disebut tabung fallopii (Tuba fallopii). Uterus merupakan saluran berongga yang lebih besar dengan bagian ujungnya bersatu membentuk saluran sempit yaitu vagina.

Hubungan Ketepatan Instrumen Evaluasi dengan Prestasi Belajar Siswa

Tanpa melihat jenis instrument dan kemampuan guru dalam memilih jenis tes dalam melakukan evaluasi terhadap siswa, bias dikatakan bahwa kegiatan evaluasi tersebut sia-sia, karena dari keterangan di atas sudah jelas bahwa kemampuan guru dalam memilih teknik evaluasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap validitas data yang akan dihasilkan. Begitu juga instrument evaluasi mempunyai pengaruh besar terhadap teknik evaluasi yang akan diterapkan oleh seorang guru.
Dari sini jelas terdapat peranan instrumen evaluasi terhadap prestasi siswa. Data atas diri siswa akan valid jika instrumen yang digunakan dalam teknik evaluasi yang diterapkan valid. Dan apabila data atas diri siswa tersebut memang cukup objektif maka seorang guru akan dapat menyusun strategi-strategi selanjutnya dalam meningkatkan prestasi seorang anak didik.

Produksi Dan Reproduksi Manusia

Produksi berasal dari kata dasar produk yang punya arti buatan atau hasil, sedangkan produksi sendiri punya arti pembuatan atau menghasilkan. Kalau ditambahi didepannya “re” maka berarti pembuatan kembali sesuatu yang sudah ada atau dalam kata yang sederhana disebut perkembangbiakan. Dengan demikian produksi adalah pembuatan pertama kali sedangkan reproduksi merupakan pembuatan yang kedua atau diatasnya(3,4,5,…). Tapi reproduksi dalam skripsi ini dimaksudkan bukanlah penciptaan manusia yang kedua yaitu Hawa disamping juga bukan penciptaan manusia pertama yaitu Adam a.s. dan juga bukan penciptaan manusia yang tidak ilmiah atau tidak sesuai dengan sunatullah, seperti nabi Isa a.s. Yang kami maksud dengan istilah reproduksi manusia disini adalah proses penciptaan kembali manusia yang berlangsung didalam kandungan ibu dan dengan proses yang ilmiah. Dengan kata lain reproduksi manusia adalah proses perkembnagbiakan manusia dalam upaya untuk mempertahankan populasinya.
Nabi Adam termasuk dalam wilayah produksi manusia bukan reproduksi manusia. Qurais Shihab mengatakan bahwa Al-Qur’an dalam mengungkapkan penciptaan Adam dengan saat mengungkapkan penciptakan manusia umum ada perbedaan. Untuk konteks penciptaan Adam Al-Qur’an selalu mengunakan bentuk tungal atau mengunakan kata Annas(الناس), Shad [38]: 71,

Artinya:
“ ketikan tuhanmu berfirman kepada malaikat Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”.
Sedangkan untuk menunjuk penciptaan manusia umum saja atau manusia umum dengan Adam as, Al-Qur’an selalu mengunakan bentuk jamak dan dengan kata insan(الانسان). At-Tin[95]:4,

Artinya:
“ Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya.”
Ha1 itu untuk menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara umum dan proses kejadian Adam a.s. Penciptaan manusia secara umum, melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu ibu dan bapak. Keterlibatan ibu dan bapak mempunyai pengaruh menyangkut bentuk fisik dan psikis anak, sedangkan dalam penciptaan Adam, tidak terdapat keterlibatan pihak lain termasuk ibu dan bapak. , contoh ayat yang menunjukkan penciptaan Adam dan manusia umum, Ini bisa dijumpai dalam surat Al-Hijr ayat 26,

Artinya:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”
Jalaludin as suyuti dalam kitabnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan manusia didalam ayat tersebut adalah nabi Adam a.s, ini karena pada ayat sesudahnya konteksnya adalah berbicara sujudnya malaikat dan pembangkangan Iblis untuk sujud pada nabi Adam. Tapi meski konteksnya berbicara penciptaan Adam tapi juga berlaku manusia umum karena nabi Adam dan manusia umum diciptakan dari tanah.
Dan penciptaan nabi Isa a.s dan Hawa juga tidak dalam wilayah pembahasan ini karena proses penciptaan keduannya tidak berjalan dengan sewajarnya yang biasa dialami manusia pada umumnya. Sebenarnya ada kesamaan antara penciptaan nabi Adam dan nabi Isa karena keduannya saman-sama diciptakan dari tanah, seperti dalam ayat berikut, Ali imran[3]:59,

Artinya:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.”
Penciptaan manusia global, berbeda prosesnya dengan penciptaan nabi Adam ataupun nabi Isa. Keduanya tanpa mengalami proses yang rumit didalam rahim ibu dan tanpa proses ilmiah. Al-Qur’an menginformasikan manusia umum penciptaannya juga berasal dari tanah seperti penciptaan Adam dan Isa alihimassalam,mungkin inilah mengapa pada surat Al-Hijr ayat 26 mengunakan kata insan meskipun dalam konteksnya berbicara tentang asal penciptaan nabi adam mungkin karena asal penciptaan nabi Adam sama dengan asal penciptaan manusia pada umumnya yaitu sama dari tanahnya maka ayat tersebut mengunakan kata insan (الانسان) tapi bedannya kalau penciptaan manusia umum melalui proses yang dilalui didalam rahim ibu. Setelah berupa tanah nabi Adam dan nabi Isa atas kehendak Allah kunfayakun maka wujudnya menjadi sempurna. Sedangkan manusia umum melalui berbagai tingkatan, Al-Insiqaq{84} ayat 19,

Fakto-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Fakto-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor yang datang dari luar diri siswa (ekstern).
2.6.1. Faktor Intern
Slameto (2003:5) membagi faktor intern ini menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.


1) Faktor Jasmaniah
Pertama, faktor kesehatan. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mudah mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Kedua, cacat tubuh. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
2) Factor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh factor yang tergolong kedalam factor psikologis yang mempengaruhi belajar. Factor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan (Slameto, 2003: 55).
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan sbstansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga peredaran darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelalahan rohani dapat dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang (Slameto, 2003: 59).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan kelelahan baik secara jasmani ataupun rohani:
a) Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup.
b) Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c) Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa dikamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic
Powered by Blogger.

Followers

OUR FACEBOOK

Sponsor Blog

Site Info

Copyright © 2012 Makalah Dunia ModernTemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.