Makalah Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan

A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila dan religi. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila dan religi harus dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Perlu disadari, bahwa manusia hanya mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn1

Untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. "Hewan" juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya. Begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan. Dalam al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting. Jika Al-Qur'an dikaji lebih mendalam, maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan hal di atas, maka dalam makalah ini penulis akan mem-bahas konsepsi Al-Qur'an tentang "Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan".
B. PEMBAHASAN
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS An-Nahl 16: 78)
Tafsir ayat ini menurut Salim Bahreisy dan Said Bahreisy adalah bahwa Allah SWT menyebut nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang telah mengeluarkan mereka dari perut ibu-ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu. Kemudian kepada mereka diberikan indera pendengaran untuk menagkap suara-suara, indera penglihatan untuk melihat benda-benda yang dapat dilihat dan hati (akal) dengan perantaraannya mereka dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk, yang bermanfaat atau yang bermudharat. Indera-indera ini diberikan kepada manusia secara bertahap, makin tumbuh jasmaninya makin kuatlah penangkapan indera-indera itu hingga mencapai puncaknya. Adapun tujuan Allah memberikan sarana penglihatan, pendengaran dan pemikiran kepada manusia itu adalah agar memudahkan manusia melakukan ibadah dan taat kepada-Nya.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn2
Adapun fungsi diberikannya pen-dengaran, penglihatan dan hati itu adalah sebagai alat untuk menghasilkan ilmu kema'rifatan kepada Allah SWT. Pendengaran berfungsi untuk men-dengarkan mauidhah (nasehat tentang agama), penglihatan berfungsi untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan hati berfungsi untuk memikirkan atau mengingat tentang keagungan Allah SWT.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn3
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manusia di lahirkan ke dunia ini pertama kalinya tidak mengetahui apa-apa. Teori behaviorisme dalam psikologi beranggapan bahwa manusia bukan baik dan bukan juga jahat semenjak lahir. Dia adalah tabula rasa, putih seperti kertas. Lingkunganlah yang memegang peranan membentuk pribadinya.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn4
Islam mengakui pengaruh lingkungan atas perkem-bangan fithrah manusia, seperti dalam sebuah hadits Nabi yang berbunyi:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: "Setiap anak yang dilahirkan ke dunia itu dalam keadaan suci. Hanya kedua orang tuanyalah yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi". (HR. Muslim)http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn5
Walaupun Islam mengakui pengaruh lingkungan terhadap perkembangan fithrah manusia, akan tetapi ini tidak bermakna bahwa manusia itu menjadi hamba kepada lingkungan, seperti pendapat ahli-ahli behaviorisme. Lingkungan memang memegang peranan penting dalam pembentukan tingkah laku seseorang, tetapi Al-Qur'an tidak menganggap satu-satunya faktor. Isteri Fir'aun dahulu kala adalah seorang yang beriman kepada Allah, walaupun dia hidup dalam lingkungan yang penuh dengan korupsi dan penyelewengan.
Kemudian Allah SWT memberikan potensi kepada manusia berupa pendengaran, penglihatan dan hati (akal). Dengan potensi ini diharapkan manusia dapat mendengar, melihat dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
Taqiyuddin M. menyebut potensi manusia ini berupa seperangkat instrument dan content pendidikan yaitu akal pikiran (al-'aql), hati nurani (nur al-qalb) dan panca indera. Melalui seperangkat instrument dan content pendidikan itulah sehingga begitu manusia lahir di atas bumi ini ia telah siap menerima ajaran dari alam (macro cosmos) atau dari manusia lain (micro cosmos) yang telah lebih dulu ada.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn6
Berkaitan dengan hal di atas, Longevel seperti yang dikutip Taqiyuddin M. mengklasifikasikan manusia ke dalam tiga golongan, yaitu: Pertama, educable animal yaitu makhluk yang dapat dididik. Kedua, animal educandum yaitu makhluk yang harus dididik. Ketiga homo education yaitu makhluk Allah yang dapat menerima dan sekaligus memberikan materi pendidikan.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn7
Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan, manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihannya manusia ada yang bisa diajar, dibimbing, dibina dan dilatih sehingga perilaku sosialnya menjadi baik. Inilah yang dimaksud bahwa fungsi pendidikan adalah mengarahkan perkembangan manusia ke arah yang lebih baik. Dan dengan kelemahannya manusia tidak henti-hentinya berfikir, bertindak, belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi tercapainya tujuan yang dikehendakinya.
2. QS Al-Mu'minun 23: 78
"Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur".
Menurut Sayyid Quthb bahwa apabila manusia merenungkan penciptaannya dan bentuk tubuhnya, panca indera dan anggota-anggota tubuhnya, dan kekuatan serta pengetahuannya, maka dia pasti mengakui bahwa Allah adalah Maha Pencipta. Karena tidak ada seorang pun selain Allah yang mampu menciptakan alam semesta yang sangat mengagumkan ini, baik yang kecil maupun yang besar.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn8
Yang dimaksud dengan bersyukur di ayat ini ialah menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. Kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn9
Ayat ini juga menjelaskan tentang potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia berupa pendengaran, penglihatan dan hati (akal) supaya dijadikan alat untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, maka manusia perlu pendidikan. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan kemampuan mencari kebenaran dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan.
Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk "Iqra'" dalam surat Al-Alaq yang merupakan kalamullah pertama pada Rasulullah SAW. Iqra' di sini tidak bisa diartikan secara sempit sebagai bacalah, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di muka bumi ini.
3. QS An-Nahl 16: 43
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui".
Diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak bahwa Ibnu Abbas bercerita mengenai ayat ini, bahwa tatkala Allah mengutus Muhammad sebagai Rasul, banyak diantara orang-orang Arab yang tidak mau menerima kenyataan itu dan beranggapan bahwa lebih agung untuk mengutus seorang manusia sebagai Rasul-Nya.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn10
Dalam terjemah singkat tafsir Ibnu Katsir lafadz ditafsirkan orang-orang yang mengetahui, yaitu ahli-ahli kitab.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn11 Sementara dalam tafsir Jalalain lafadz ditafsirkan orang yang mempunyai pengetahuan, yakni para ulama yang ahli dalam kitab Taurat dan kitab Injil.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn12
Ayat ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban kita selaku umat Muslim, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Mencari ilmu itu wajib bagi muslim dan muslimat dari kandungan sampai liang lahat" (HR. Baihaqi)http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn13
4. QS Al-Kahfi 18: 66
"Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Dalam Tafsir Al-Misbah kata "attabi'uka" ( ) asalnya adalah "atba'uka" dari kata "tabi'a", yakni mengikuti. Penambahan huruf "ta'" pada kata "attabi'uka" mengadung makna kesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Ucapan Nabi Musa as, berikutnya sungguh sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, "Bolehkan aku mengikutimu?" kemudian beliau menamai pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan, yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Di sisi lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang shaleh itu (al-khidhr) sehingga Nabi Musa as. Hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu, Nabi Musa as. tidak menyatakan "apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah", Karena beliau sepenuhnya sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni dari Alla Yang Maha Mengetahui.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn14
Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah bahwa kita dalam menuntut ilmu itu harus bertekad untuk bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian bahkan tenaganya terhadap apa yang akan kita pelajari. Pepatah mengatakan: "Man jadda wajadda" (barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, maka pasti akan berhasil).
5. QS At-Tahrim 66: 6
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".
Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal Qur'an menafsirkan ayat ini bahwa: "Manusia di dalam neraka itu sama persis dengan batu dalam nilai batu yang murah dan rendah, dan dalam kondisi batu yang terabaikan tanpa penghargaan dan perhatian sama sekali. Alangkah sadis dan panasnya api neraka yang dinyalakan bersama batu-batu. Setiap yang ada di dalamnya dan setiap yang berhubungan dengannya sangat seram dan menakutkan. Tabiat para malaikat itu sesuai dengan tabiat azab yang diperintahkan dan diserahkan kepada mereka untuk menimpakannya. Diantara karakter malaikat itu adalah ketaatan mutlak terhadap perintah Allah atas mereka dan mampu melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka oleh Allah".http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn15
Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus menjaga diri kita dan keluarga dari siksa api neraka. Ayat ini juga mengisyaratkan tentang pentingnya pendidikan dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.
Adapun bidang pendidikan yang diperankan oleh keluarga menurut Hasan Langgulung ada tujuh bidang pendidikan, yaitu: pendidikan jasmani, kesehatan, akal (intelektual), keindahan, emosi dan psikologi, agama dan spiritual, akhlak, sosial dan politik.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn16
Orang tua dalam keluarga harus sejak dini memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Rasulullah saw bersabda:
مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلاَ ةِ اِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَاِذَا بَلَغَ عَشْرَ
سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
Artinya: "Perintahkanlah anak melakukan shalat, apabila telah mencapai usia tujuh tahun. Kalau sudah berumur sepuluh tahun, sedang anak itu tidak melaksanakan perintah, maka pukullah dia".(HR. Muslim)
Mengapa orang tua dituntut untuk memerintahkan anak yang masih kecil untuk melakukan shalat? Maksudnya, agar anak itu terbiasa, sehingga kelak sudah baligh, shalat itu menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
6. QS At-Taubat 9: 122
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya".
Dalam terjemah singkat tafsir Ibnu Katsirhttp://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn17 ada tiga sahabat yang menafsirkan ayat ini, yaitu:
Pertama, Berkata Ibnu Abbas: "Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang dan meninggalkan Rasulullah SAW seorang diri".
Kedua, Berkata Qatadah: "Jika Rasulullah Saw mengirim pasukan, maka hendaklah sebagian pergi ke medan perang, sedang sebagian lain tinggal bersama Rasulullah saw. untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, kemudian dengan pengetahuan yang mereka peroleh itu, hendaklah mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan kepada mereka".
Ketiga, Berkata Adh-Dhahhak: "Jika Rasulullah saw. mengajak berjihad (perang total) maka tidak boleh tinggal dibelakang kecuali mereka yang beruzur. Akan tetapi jika Rasulullah saw. menyerukan sebuah "sariyyah" (perang terbatas), maka hendaklah segolongan pergi ke medan perang dan segolongan tinggal bersama Rasulullah saw memperdalam pengetahuannya tentang agama, untuk diajarkan kepada kaumnya bila kembali".
Ayat ini mengingatkan orang tua dalam keluarga agar mementingkan pendidikan agama bagi anak-anaknya. Orang tua boleh kemana saja menyekolahkan anak-anaknya (mencari ilmu umum) tapi jangan lupa dibekali ilmu dan pengalaman agama. Orang tua hendaknya menjadikan anak-anaknya sebagai orang intelek yang ulama atau ulama yang intelek. Hal ini akan tercapai apabila mempunyai kedua ilmu tersebut, yakni ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Nabi pernah bersabda:
مَنْ اَرََادَ الدَّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرََادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ
اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya: "Barangsiapa menghendaki hidup (kebaikan) di dunia maka kepadanya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki kehidupan (baik) di akherat maka dengan ilmu dan barangsiap menghendaki keduanya maka juga dengan ilmu" (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Miftahurrobbani, bahwa salah satu pokok kelemahan umat Islam adalah kebodohan putra-putri umat Islam akan agamanya.http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftn18
Hal ini dapat kita pahami, karena orang tua kadang-kadang kurang menyadari keseimbangan pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua mendidik anak agar dapat membaca Koran, tetapi lupa untuk mendidik anak membaca Al-Qur'an. Orang tua mengajar anak agar dapat menghormati sesama teman, tetapi lupa mengajar anak agar dapat menghormati Tuhan. Pendek kata, orang tua menyekolahkan anaknya agar pandai dalam pengetahuan umum, tetapi lupa menyekolahkan anaknya agar pandai dalam pengetahuan agama.
C. PENUTUP
Manusia dilahirkan ke dunia ini tidak mengetahui apa-apa (QS. An-Nahl 16: 78). Kemudian Allah SWT memberikan potensi berupa pendengaran, penglihatan dan hati (akal). (QS. An-Nahl 16: 78 dan QS. Al-Mu'minun 23: 78). Dengan potensi ini diharapkan manusia dapat menggunakannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia sejak lahir sampai masuk ke liang lahat. Dalam menuntut ilmu diharapkan dilakukan dengan sungguh-sungguh mencurahkan segala perhatian dan tenaganya terhadap apa yang akan dipelajarinya, supaya apa yang diinginkannya tercapai. (QS. Al-Kahfi 18: 66).
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan, maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial mansuia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat dan sekolah/lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. (QS. At-Tahrim 66: 6)
Antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum itu harus seimbang, karena pengetahuan agama tanpa pengetahuan umum bagaikan orang sehat yang pincang. Begitupun sebaliknya pengetahuan umum tanpa pengetahuan agama bagaikan orang sehat yang buta. Namun pengetahuan yang harus diutamakan adalah pengetahuan agama, karena fungsi pengetahuan agama itu untuk kehidupan dunia dan akherat. (QS. At-Taubat 9: 122)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2006)
_____, Tafsir Al-Qur'an (Jakarta: 2005)
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1986)
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1 dan 2 (Bandung: Sinara Baru Algensindo, 2008)
Miftahurrobbani, Himpunan Khutbah Setahun (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
Muhammad Faiz Al Math, 1100 Hadits Terpilih (Jakarta: Gema Insani, 1999)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Muhtadim, BA., Mutiara Hadits Shahih Muslim (Surabaya: Putra Pelajar, 2004)
Muslich Shabir, Tarjamah Riyadlus Shalihin (Semarang: Toha Putra, 1989)
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV (Surabaya: Bina Ilmu, 1988)
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Qur'an (Jakarta: Gema Insani, 2004)
Taqiyuddin M., Pendidikan Untuk Semua: Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah (Cirebon: Dimensi Production, 2005)
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref1Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, 1986, Al-Husna Zikra, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref2H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Termejah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, Bina Ilmu, Surabaya.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref3M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, 2002, Lentera Hati, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref4Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, 1986, Al-Husna Zikra, Jakarta
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref5Muhammad Faiz Al Math, 1100 Hadits Terpilih, 1999, Gema Insani Press, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref6Taqiyudin M., Pendidikan Untuk Semua (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah), 2005, Dimensi Production, Cirebon. hal .3
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref7Ibid
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref8Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Qur'an, 2004, Gema Insani, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref9Lihat Departemen Agama, Tafsir Al-Qur'an, 2005, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref10H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Termejah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, Bina Ilmu, Surabaya
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref11Ibid.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref12Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, 2009, Sinar Baru Algensindo, Bandung.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref13Muslich Shabir, Tarjamah Riyadlus Shalihin, 1989, Toha Putra, Semarang.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref14M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, 2002, Lentera Hati, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref15Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Qur'an, 2004, Gema Insani, Jakarta.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref16Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, 1986, Al-Husna Zikra, Jakarta
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref17H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Termejah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV, Bina Ilmu, Surabaya.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1136505814897588860 - _ftnref18Miftahurrobbani, Himpunan Khutbah Setahun, 1994, Rineka Cipta, Jakarta.



0 komentar:

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic
Powered by Blogger.

Followers

OUR FACEBOOK

Sponsor Blog

Site Info

Copyright © 2012 Makalah Dunia ModernTemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.