Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa ini pada era aufklaring (pencerahan). Pendidikan bertujuan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai kepintaran, kepekaan dan kepedulian terhadap hudup berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan tonggak kuat untuk mengentaskan kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan dan menuntaskan segala permasalahan bangsa yang selama ini terjadi. Peran pendidikan jelas merupakan hal yang signifikan dan sentral karena pendidikan memberikan pembukaan dan perluasan sehingga bangsa ini benar-benar melek terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan dihadirkan untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang beradab dan berbudaya. Pendidikan dilahirkan untuk memperbaiki segala kebobrokan yang sudah menggumpal di segala sendi kehidupan bangsa ini.1
Menurut Romo Mangun Wijaya, pendidikan adalah proses awal usaha untuk menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. Kesadaran sosial hanya akan bisa tercapai apabila seseorang telah berhasil membaca realitas perantaraan dunia di sekitar mereka. Maka perlu adanya perangkat analisis yang bersumber dari kebebasan berfikir dari masing-masing individu, yang pada akhirnya memberi nalar yang kritis terhadap perkembangan sosial yang ada. 2
Sementara itu, menurut Mukhtar dan Iskandar, pendidikan harus bertujuan membentuk kepribadian seimbang di kalangan peserta didik melalui latihan rohani (spiritual), intelektual, emosional dan jasmani dengan menunjukkan peserta didik itu kepada berbagai pengalaman pada aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan.3 Demikian juga yang dijelaskan oleh Tim Prima Pena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 4
Pendidikan harus benar-benar bisa menjadi agent of change yang lebih mengarah pada pencapaian aspek afektif dan psikomotorik, jadi fungsi pendidikan bukan hanya bersifat menjadi transfer of knowledge yang lebih bersifat pada pencapaian ranah kognitif belaka. Demikian juga pendidikan juga pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjadi mesin penggerak paradigma berfikir masyarakat kearah yang lebih maju dan progresif. Hal ini senada dengan apa yang telah dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam moh yamin:
"Konsep pendidikan harus berdasar pada kemerdekaan manusia. Manusia merdeka adalah manusia kolektif. Manusia yang selalu sadar bahwa dirinya adalah anggota masyarakat yang harus melakukan kewajiban-kewajiban yang diletakkan masyarakat kepadanya. 5
Sementara menurut Ary H. Gunawan, pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan.6 Oleh karenanya, pendidikan senyatanya harus mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat. Melakukan analisis kritis dalam pendidikan merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakoni dengan masyarakat serupa. Pendidikan bukan hanya mencetak masyarakat yang cerdas secara intelektual, namun juga mampu melaksanakan segala keluh kesah yang berada disekitarnya. Termasuk di dalamnya tentang persoalan pengangguran dan kemiskinan.
Berbicara masalah pengangguran, dalam suaramerdeka.com tertulis:
"Angka pengangguran terdidik, terutama sarjana makin meningkat tajam. Para sarjana merupakan pengangguran potensial, namun perlu investasi besar untuk menciptakan lapangan kerja bagi mereka. Nyaris tak ada lowongan kerja level menengah yang tak dibanjiri sarjana. Kondisi ini memprihatinkan. Sementara krisis keuangan global makin membuat para sarjana kesulitan kesempatan kerja.Data Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan, perguruan tinggi (PT) di Indonesia tahun ini menciptakan 900.000 sarjana menganggur. Tiap tahun rata-rata 20% lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran".7
Tentu sangat memperihatinkan jika kondisi tersebut terus berlanjut untuk masa yang akan dating, mengingat ada ribuan bahkan jutaan orang yang merupakan out put pendidikan dari seluruh jenjang pendidikan yang ada di Indonesia saat ini sedangkan daya serap lapangan kerja di Indonesia sendiri masih terbatas.
Pengangguran yang mempunyai makna seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.8 Bukan lagi menjadi pe-er pemerintah belaka, akan tetapi merupakan masalah bersama (terutama individu tersebut) yang perlu di carikan jalan keluar yang efektif untuk menanggulanginya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT:
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُمَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُمَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaumsehingga (kaum)itu merubah dengan sendiri. Arra'd11
Di dalam situs www.unisosdem.org Erman Suparno menulis bahwa penyebab munculnya pengangguran antara lain karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar yang ada. Selain itu, kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja ikut mendukung meningkatnya jumlah pengangguran.
Erman juga menambahkan, fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi; hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya. 9
Dalam suatu Negara, untuk mensejahterakan serta memakmurkan rakyat, tentu ada beberapa aspek yang harus diberi perhatian lebih, yaitu tentang pendidikan dan ekonomi kerakyatan. Terlebih lagi tentang pendidikan, seiring bertambahnya populasi manusia, semakin banyak pula out put pendidikan. Dengan demikian, tingkat kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak semakin banyak pula yang harus tersedia dan terpenuhi, semisal sandang, pangan, papan dan pendidikan.
Hidup dalam zaman yang serba modern ini, umumnya tidak ada cara lain untuk memnuhi kebutuhan tersebut kecuali dengan bekerja dan memperoleh uang yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Namun akar permasalahannya terletak pada kemampuan daya serap lapangan kerja terhadap seluruh out put pendidikan. Sebagaimana yang ditulis dalam situs www.franchise-gsc.com:
1.Minat PNS tinggi sekali, tetapi peluangnya sedikit. Dari ratusan ribu jumlah pelamar paling tinggi hanya 20% yang diterima. 80%-nya kemana?
2.Satu lowongan kerja diperebutkan 200 pelamar.
3.Sebuah Televisi Swasta Nasional membuka lowongan pekerjaan disebuah media surat kabar paling besar di Indonesia, lebih dari 110.000 pelamar kerja bersaing mendapatkan 500 kesempatan kerja.10
Selanjutnya, para out put pendidikan yang tidak terserap pada lapangan pekerjaan tentu dengan sendirinya akan memanggur. Dan jumlah pengangguran terdidik akan terus meningkat jika pada hari-hari mendatang tidak juga kunjung ada lowongan pekerjaan yang bisa menyerap mereka.
Tentu bukan gambaran yang bagus jika hal tersebut benar-benar terjadi. Dengan terus meningkatnya angka pengangguran di Indonesia maka dengan sendirinya hal tersebut memicu pada kenaikan populasi kemiskinan dan kesengsaraan pada sejumlah besar rakyat Indonesia.
Pendidikan VS Pengangguran
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2010
(215)
-
▼
April
(23)
- Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
- Pokok-pokok Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam
- Faktor-faktor Kurikulum Pendidikan Agama
- Tujuan Kurikulum yang Terkandung di dalam Kurikulu...
- Fungsi Kurikulum dilihat dari Tiga Sudut
- Pengertian Kurikulum Taman Kanak-kanak
- Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam
- Pengertian Kurikulum
- Evaluasi pendidikan agama Islam
- Metode Pendidikan Agama Islam
- Materi Pendidikan Agama Islam
- Materi Pendidikan Agama
- Dasar dan Tujuan Pendidikan
- Pengertian Pendidikan Agama Islam
- Pentingnya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pad...
- Pengertian Motivasi
- Makalah Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan
- Klasifikasi dan Jenis-Jenis Kemiskinan
- Devinisi Kemiskinan
- Pendidikan VS Pengangguran
- بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Dalam blog ...
- Hukum dan Rukun ISTINJA'
- Perjalanan Hidup
-
▼
April
(23)
0 komentar:
Post a Comment