Kelompok yang mendukung tafsir ilmi beralasan bahwa tafsir ilmi adalah sebuah keniscayaan sejarah dan bagian dari upaya mendialogkan Al-Qur’an dengan aktualitas, dengan konteks, dan sebagai respon terhadap perkembangan zaman yang senantiasa bergerak. Kelahiran tafsir ilmi merupakan dinamika yang wajar dalam batang tubuh umat Islam. Keberadaan tafsir ilmi dapat membuka tabir-tabir makna yang selama ini belum terungkap dan bahkan dalam beberapa kasus dapat merevisi berbagai pandangan atau tafsiran yang sejatinya bertolak belakang dengan visi dan paradigma al-Qur’an sendiri.
Apalagi ibadah-ibadah utama dalam agama Islam berkaitan langsung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti shalat yang membutuhkan ilmu geografi dan astronomi, penentuan puasa yang membutuhkan ilmu astronomi, dan lain sebagainya. Kelompok pertama ini didukung oleh Imam Al-Ghazali. Kelompok ini mendasarkan pendapatnya pada ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Swt. telah menerangkan segala sesuatu dalam Al-Kitab dan Allah Swt. menurunkan Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Bila Al-Gazali dikenal sebagai peletak tafsir ilmi secara teoritis, Fahrur Ar-Razi merupakan orang pertama yang menerapkan ilmu pengetahuan yang bercorak saintis dan pemikiran untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Hal tersebut dapat dilihat dalam kitabnya Mafatih Al-Ghaib atau yang juga populer dengan Tafsir Al-Kabir. Kemudian, tafsir ilmi dikembangkan oleh mufasir berikutnya, seperti Muhammad ‘Abduh, Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, Mahmud Syukri Al-Alusi, Thantawi Jauhari, dan yang lainnya. Mereka yang disebut belakangan ini disebut sebagai mufasir di era modern.
Kelompok yang pro ini memberikan apresiasi yang berbeda terhadap penerapan tafsir limi. Ada yang menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh sang mufasir, atau fungsi tabyin. Ada yang berkeinginan membuktikan kebenaran teks al-Qur’an menurut ilmu pengetahuan mutakhir, atau fungsi I’jaz. Hal ini memberi stimultan kepada umat Islam dan Ilmuwan dalam meneliti dan observasi ilmu pengetahuan lewat teks-teks Al-Qur’an. Terakhir, fungsi istikhraj al-‘ilm atau ta’ziz, yakni ayat-ayat al-Qur’an mampu melahirkan dan memperkuat teori-teori ilmu pengetahuan mutakhir.
Kelompok yang Pro pada Tafsir Ilmi (Saintifik)
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2010
(215)
-
▼
September
(22)
- Kelompok yang Pro pada Tafsir Ilmi (Saintifik)
- Jenis – jenis belajar
- Alasan Para Tokoh Pro/menyukai Tafsir Ilmi
- Prosedur Penerapan Metode Maudu'I(Tematik)
- Ayat-Ayat Reproduksi Manusia
- PRO DAN KONTRA TAFSIR ILMI
- Fungsi Motivasi Belajar
- Asal Manusia Dari Tanah
- Musik klasik dalam proses pembelajaran
- Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
- Pembagian musik klasik dalam pembejaran
- Reproduksi Manusia menurut Al-Qur'an
- Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan : Sebuah kata ...
- Pengertian Prestasi Belajar
- Ciri – ciri belajar
- Tujuan belajar
- Prinsip-Prinsip Belajar
- Pengertian Belajar
- Macam-macam Motivasi
- Header Makalah Dunia Modern
- Tentang Situs Dunia Islam punyaku
- Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasi Belajar
-
▼
September
(22)
0 komentar:
Post a Comment