Syarat lain yang juga penting bagi suatu instrumen evaluasi adalah terpenuhinya syarat kedua, yaitu reliabilitas. Reliabilitas merupakan karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2008: 43).
Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa sumber-sumber kesalahan telah dihilangkan sebanyak mungkin. Perhitungan reliabilitas pada umumnya lebih mudah disbanding dengan validasi. Hal ini terjadi karena dalam menentukan koefisien korelasi, pelaku evaluasi tidak lagi memikirkan substansi dalam tes.
Ada beberapa tipe reliabilitas tes yeng sering digunakan dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing reliabilitas mempunyai konsistensi yang berbeda-beda. Beberapa tipe reliabilitas diantaranya: tes-retes, ekivalen, belah dua dan kuder Richardson yang ditentukan melalui korelasi.
Berikut ini table ringkasan yang menggambarkan secara garis besar macam-macam reliabilitas dan prosedur pelaksanaan pengukuran reliabilitas yang sering ditemui dalam instrumen evaluasi.
Metode | Tipe reliabilitas pengukuran | Prosedur |
Tes-retes | Mengukur stabilitas | Memberikan tes yang sama, dua kali pada grup sama dengan jedah waktu diantara dua tes misalnya 7 hari – 1 bulan. |
Bentuk ekivalen | Mengukur ekivalen Mengukur stabilitas dan ekivalen |
Memberi dua bentuk tes pada grup yang sama dalam waktu yang berdekatan. Dua bentuk tes diberikan pada dua grup siswa dengan menambah interval antara bentuk. |
Belah dua | Mengukur kesulitan internal | Diberikan tes sekali separuh skor tes; diperoleh korelasi antara separuh untuk menempatkan semua tes dengan formula Sperman Brown. |
Kuder Richardson | Mengukur konsistensi internal | Diberikan skor tes sekali, tes skor merupakan total dengan menggunakan formula Kuder Richardson. |
0 komentar:
Post a Comment