Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai bentuk pola atau jenis kepemimpinan yang di dalamnya diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya. Secara teoritis, tipe-tipe kepemimpinan dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tiga tipe, antara lain:
1. Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan yang semuanya serba bergantung terhadap pemimpi. Dalam kepemimpinan yang otokrasi, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang dan memberi perintah kewajiban bawahan atau anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk menyampaika intruksi-intruksi. Setiap perbedaan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau intruksi yang telah ditetapkannya. (Purwanto, 2005:29)
Menurut Martoyo, tipe otoriter ini menganggap kepemimpinannya merupakan hak pribadinya dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasi, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahannya yang melaksanakan. Pengawasanya sangat tegang pula sehingga tepat apabila kepemimpinan atau pemimpin tipe ini dimanfaatkan untuk keadaan darurat, di mana suatu konsultasi dengan bawahan sudah tidak mungkin lagi. (Rohiat,2008:14)
Kepala sekolah yang otokrater biasanya tidak terbuka, tidak menerima kritik, dan tidak membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga pendidikan, ia hanya memberikan interuksi tentang apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin cenderung menggunakan paksaan dan hukuman.
Kepala sekolah yang otoriter berkeyakinan bahwa dirinyalah bertanggung jawab atas segala sesuatu, emnganggap dirinya sebagai orang yan paling berkuasa, dan paling mengetahui berbagai hal. Ketika dalam rapat sekolahpun ia menentukan berbagai kegiatan secara otoriter, dan yang dapat dominan dalam memutuskan apa yang akan dilakukan oleh sekolah. Para tenaga pendidikan tidak diberi kesempatan untuk memberikan pandangan, pendapat maupun saran. Mereka dipandang sebagai alat untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah. ( Mulyasa,2003: 269)
Pada situasi kepemimpinan pendidikan seperti ini dapat dibayangkan suasana kerja yang berlangsung di dalam kelompok tersebut bagaimana hubungan-hubungan kemanusiaan yang berlangsung dan bagaimana konflik-konflik antara pemimpin dan bawahan-bawahan dan antara anggota-anggota staff kerja itu sendiri. Penyelidikan yang dilakukan oleh Leppit seorang ahli kepemimpinan berkesimpulan bahwa konflik-konflik dan sikap-sikap atau tindakan agresif yang terjadi dalam suatu lemabaga di bawah pemimpin seorang pemimpin otoriter kurang lebih 30 kali sebanyak yang timbul dari pada dala suasana kerja yang dipimpin oleh seorang pemimpin demokratis. (Dirawat ,2000 :52)
2. Kepemimpin Lelssez-faire
Kepemimpinan Lelssez-faire adalah kepemimpinan yang semuanya bergantung pada bawahan (Burhanuddin,2002:138) tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Kekuasaan dan tanggung jawab simpang siur, berserakan di antara anggota-anggota kelompok dan tidak merata. Dengan demikian, mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya Lelssez-faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan pengaruh dari pimpinannya (Purwanto, 2005: 49)
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya maing-masing dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi. Kontak yang terjadi antara pemimpin dan anggota kelompoknya terjadi apabila pemimpin memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (Nawawi, 2003:147).
Pemimpin memberi sedikit dukungan untuk melakukan usaha secara keseluruhan. Kebebasan anggota kadang-kadang dibatasi oleh pemimpin dengan menetapkan tujuan yang harus dicapai disertai parameternya. Sedangkan yang paling ekstrim dalam tipe ini adalah pemberian kebebasan sepenuhnya pada anggota organisasi untuk bertindak tanpa pengarahan dan kontrol kecuali jika diminta. Dampaknya adalah sering terjadi kekacauan, karena tipe kepemimpinan ini membiarkan setiap anggota organisasi yang berbeda kepentingan dan kemampuannya untuk bertindak ke arah yang berbeda-beda. Pemimpin hanya menyediakan diri sebagai penasehat apabila diperlukan atau diminta (Nawawi, 2003:148)
Dalam kepemimpinan ini, Winardi (2006:64) mengatakan bahwa seorang pemimpin emeberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktifitas mereka. Ia tidak berpartisipasi, atau jika hal itu dilakukannya, maka partisipasi tersebut hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori kepemimpinan otokratis. Kita dapat berbicara tentang non partisipasi sama sekali dari pihak pimpinan. Kelompok leissez-faire cenderung membentuk pemimpin informal.
Kepemimpinan leissez-faire disebut kepemimpinan bebas yang berarti bahwa seorang pemimpin adalah sebagai penonton yang bersikap pasif (Anoraga, 2001:8).
Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tipe kepemimpinan leissez-faire adalah tipe kepemimpinan yang antara pemimpin dan bawahan tidak ada saling kepedulian, dalam arti pemimpin tidak memperhatikan bawahan, dan sebaliknya bawahan tidak mau tahu tentang pemimpin, sehingga kepemimpinan leissez-faire bias dikatakan sebagai kebalikan dari kepemimpian otokratis.
3. Kepemimpina Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang mana terjadi kerja sama antara pemimpin dan bawahan (Burhanuddin,2002:138). Dalam kpemimpinan demokratis ini kepemimpinan berdasarkan pada demokrasi, dalam arti bukan dipilihnya si pemimpin itu secara demokratis, melainkan cara yang dilaksanakan si pemimpin yang demokratis. Si pemimpin melaksanakan kegiatan sedemikian rupa sehingga setiap keputusan merupakan hasil musyawarah (Anoraga, 2001:8).
Martoyo mengatakan bahwa tipe kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan yang mana pemimpin menitikberatkan kepada partisipasi kelompok dengan meanfaatkan pendangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok. Inisiatif dari kelompok sangat dianjurkan oleh pimpinan dari tipe ini, kegagalan kepemimpinan dari pemimpin tipe ini adalah apabila anggota kelompok tidak cakap dan kurang bergerak untuk bekerjasama (Martoyo, 2001:185)
Kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan yang mana pemimpin manafsirkan kepemimpinannya buka sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya. Melainkan sebagai saudara tua di antara teman-teman sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepntingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangka kesanggupan serta kemampua kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya, juga kritik-kritik yang membangu dari apda anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya (Purwanto, 2005:50).
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai factor terpenting dalam kepemimpina yang dilakukan berdasarkan dan engutamakan orientasi pada hubungan anggota organisasi. Filsafat demokratis yang mendasari pandangan tipe kepemimpian ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama. Dengan filsafat demokratis tersebut, diimplementasikan nilai-nilai demokratis di dalam tipe kepemimppinan yang terdiri dari:
1. Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memiliki perbedaan kemampuan antara yang satu degan yang lain, tidak terkecuali di antara para anggota di lingkungan sebuah organisasi.
2. Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluk sosial dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui prestasi masing-masing di lingkungan organisasinya sebagai sebuah masyarakat kecil.
3. Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dengan menghormati nilai-nilai atau norma-norma yang mengaturnya sebagai mahluk normatif di lingkungan organisasinya masing-masing.
4. Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaan melalui kerja sama yang saling mengakui, menghargai, dan menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu sebagai anggota organisasi.
5. Memberikan perlakuan yang sama pada setiap individu sebagai anggota organisasi untuk maju dan mengembangkan diri dalam persaingan yang fair dan sehat.
6. Memikul kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masing untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.
Nilai-nilai demokratis di atas dalam kepemimpinan tampak dari kebijakan pemimpin yang orientasinya pada hubungan manusiawi, berupa perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan anggota organisasi atas dasar warna kulit, ras, kebangsaan, agama, status social, ekonomi, dan lain-lain (Nawai, 2003:134).
Dari pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tipe kepemimpian demokratis adalah tipe kepemimpina yang menjadikan seorang pemimpin yang dihargai dan dihormati bawahan, seorang bawahan tidak dicurigai pemimpin. Jadi, adanya saling keterbukaan yang akhirnya akan menjadikan suksesnya suatu organisasi.
0 komentar:
Post a Comment